Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

UNRWA Bantah Laporan Israel Soal Staf Tewas bersama Yahya Sinwar

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

UNRWA Bantah Laporan Israel Soal Staf Tewas bersama Yahya Sinwar
Foto: Kepala Biro Politik Hamas, Yahya Sinwar. (Getty Images)

Pantau - Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) membantah klaim yang beredar di Israel dan media sosial bahwa seorang stafnya tewas bersama pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, di Jalur Gaza.

UNRWA mengecam laporan tersebut sebagai bagian dari kampanye disinformasi untuk mendiskreditkan lembaga dan personelnya.

“Sekali lagi, informasi tak berdasar digunakan untuk merusak reputasi UNRWA dan stafnya,” kata Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, dalam pernyataan di akun X-nya, dikutip Jumat (1810/2024).

Lazzarini menegaskan bahwa staf yang disebut dalam laporan itu masih hidup dan saat ini berada di Mesir.

Baca juga: Yahya Sinwar Surati Pimpinan Hizbullah, Apa Isinya?

“Laporan yang beredar hari ini di media sosial dan Israel menyebut bahwa staf UNRWA tewas bersama pemimpin Hamas di Gaza,” jelasnya.

“Saya konfirmasi bahwa staf tersebut masih hidup. Dia sekarang tinggal di Mesir setelah bepergian bersama keluarganya melalui perbatasan Rafah pada April 2024," sambungnya.

Lazzarini menekankan pentingnya menghentikan penyebaran informasi palsu oleh Israel.

Sebelumnya, pada Kamis (17/10/2024), militer Israel mengklaim telah membunuh Kepala Biro Politik Hamas, Yahya Sinwar dalam operasi militer di Gaza.

Baca juga: Biden Konfirmasi Israel Beritahu AS Soal Gugurnya Pemimpin Hamas Yahya Sinwar

Juru bicara militer Avichay Adraee mengonfirmasi “tewasnya” Sinwar dalam pernyataan di akun X-nya, meski pihak militer mengakui bahwa tidak ada tanda-tanda keberadaan sandera di area tempat Sinwar diklaim terbunuh.

Sinwar diangkat sebagai pemimpin politik Hamas pada Agustus 2024, menggantikan Ismail Haniyeh, yang tewas di Teheran setelah menghadiri pelantikan presiden baru Iran pada 31 Juli 2024.

Israel melanjutkan serangan brutal di Gaza setelah serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, meskipun Dewan Keamanan PBB telah menyerukan gencatan senjata segera.

Lebih dari 42.400 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, tewas, dan lebih dari 99.100 orang terluka menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Palestina.

Serangan ini juga mengakibatkan hampir seluruh penduduk Gaza mengungsi, menyusul blokade yang memicu krisis pangan, air bersih, dan obat-obatan. Israel kini menghadapi tuntutan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakannya di Gaza. (Anadolu)

Penulis :
Khalied Malvino