Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Kematian Jurnalis Catat Rekor Tertinggi dalam Konflik Timur Tengah

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Kematian Jurnalis Catat Rekor Tertinggi dalam Konflik Timur Tengah
Foto: Gambar ini menampilkan mobil bertanda "Press" di lokasi serangan udara Israel yang menyasar jurnalis di desa Hasbaya, selatan Lebanon, Jumat (25/10/2024). (Getty Images)

Pantau - Lebih banyak jurnalis tewas akibat serangan militer Israel terhadap warga Palestina dan Lebanon dalam setahun terakhir dibandingkan perang lainnya di era modern. Tiga jurnalis Lebanon yang terkena tembakan tentara Israel di selatan Lebanon, Jumat (25/10/2024), menambah angka kematian yang tinggi tersebut.

Hingga Kamis (24/10/2024), penyelidikan awal oleh Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) yang berbasis di New York, Amerika Serikat 9AS) menunjukkan setidaknya 128 jurnalis dan pekerja media termasuk di antara puluhan ribu yang tewas di Gaza, Tepi Barat yang diduduki, dan Lebanon sejak dimulainya perang ini. 

Ini menjadikannya periode paling mematikan bagi jurnalis sejak CPJ mulai mengumpulkan data pada 1992. Angka jurnalis yang tewas kemungkinan lebih tinggi, dengan pihak berwenang di Gaza melaporkan setidaknya 175 orang tewas dan banyak lainnya diserang saat menjalankan tugas.

Baca juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kecam Tuduhan Israel terhadap Enam Jurnalis Palestina

Ini bukan pertama kalinya jurnalis menjadi korban dalam konfrontasi antara Israel dan Hizbullah yang berlangsung lebih dari setahun. Sudah ada setidaknya tiga insiden lain di mana jurnalis diserang dan dibunuh. Salah satunya adalah fotografer agensi berita Reuters, Issam Abdallah, yang tewas akibat serangan artileri Israel.

Sebuah penyelidikan oleh agensi berita menemukan Issam tewas akibat tembakan Israel. Amnesty International menyerukan penyelidikan atas pembunuhan tersebut karena enam jurnalis lainnya terluka saat berada di sebuah bukit dekat perbatasan, yang jelas-jelas ditandai sebagai lokasi jurnalis.

Namun, penyelidikan internasional semacam itu belum dilakukan. Para jurnalis merasakan kurangnya akuntabilitas dan keadilan dalam situasi ini.

Pada November 2023, dua jurnalis yang bekerja untuk saluran Al Mayadeen juga tewas. Malam sebelum serangan di Hasbaiyya, kantor Al Mayadeen terkena serangan Israel di pusat Beirut. Kantor tersebut dievakuasi, namun serangan itu dianggap sebagai pesan kepada jurnalis dan media bahwa Israel memperluas targetnya.

Sumber: Al Jazeera

Penulis :
Khalied Malvino