HOME  ⁄  Internasional

Mengenal UNRWA: Badan PBB untuk Pengungsi Palestina yang Vital

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Mengenal UNRWA: Badan PBB untuk Pengungsi Palestina yang Vital
Foto: Seorang wanita Palestina berdiri di depan markas Badan PBB untuk Bantuan dan Pekerjaan Pengungsi Palestina (UNRWA). (Getty Images)

Pantau - DPR Israel alias Knesset pada Senin (28/10/2024) menyampaikan suaranya untuk melarang Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) beroperasi di dalam wilayah Israel.

Keputusan ini memicu kekhawatiran di kalangan sekutu-sekutu Barat Israel, yang takut akan memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah kritis di Gaza.

Apa Itu UNRWA?

UNRWA didirikan pada tahun 1949 melalui resolusi Majelis Umum PBB. Pembentukan UNRWA terjadi setelah perang yang menyertai berdirinya Israel, saat 700.000 orang Palestina melarikan diri atau diusir dari rumah mereka.

kini, UNRWA mempekerjakan sekitar 30.000 warga Palestina dan melayani kebutuhan kemanusiaan 5,9 juta keturunan pengungsi Palestina di Jalur Gaza, Tepi Barat, dan kamp-kamp pengungsian di negara-negara tetangga Arab.

Baca juga: Tujuh Negara Peringatkan Israel soal RUU Larangan UNRWA, Siapa Saja?

Di Gaza, UNRWA memiliki 13.000 pegawai yang mengelola sekolah, klinik kesehatan primer, dan layanan sosial lainnya. UNRWA juga mendistribusikan bantuan kemanusiaan.

Layanan mereka semakin vital sejak 2005, ketika Israel dan Mesir memberlakukan blokade yang menyebabkan krisis ekonomi parah dengan tingkat pengangguran yang sangat tinggi.

Sejak dimulainya serangan Israel setelah 7 Oktober 2023, ratusan ribu warga Gaza telah berlindung di sekolah, klinik, dan bangunan umum UNRWA. Hampir seluruh populasi Gaza kini bergantung pada UNRWA untuk kebutuhan dasar, termasuk makanan, air, dan perlengkapan kebersihan.

Donatur Utama UNRWA

Mayorita pendanaan UNRWA berasal dari kontribusi negara-negara anggota PBB, termasuk pemerintah regional dan Uni Eropa. Pendanaan juga datang dari anggaran reguler PBB dan kontribusi dari badan PBB lainnya.

Baca juga: Israel Resmi Larang UNRWA Beroperasi, Masa Depan Gaza Terancam!

Pada tahun 2022, donatur terbesar termasuk Amerika Serikat (AS), Jerman, Uni Eropa, Swedia, Norwegia, Jepang, Prancis, Arab Saudi, Swiss, dan Turki.

Beberapa negara, termasuk AS dan Jerman, sempat menghentikan pendanaan mereka setelah munculnya tuduhan terhadap beberapa pegawai UNRWA terkait serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, meskipun banyak yang telah memulihkan dukungan.

Tuduhan Israel

Israel mengklaim 12 pegawai UNRWA terlibat dalam serangan yang dipimpin Hamas tersebut. PBB pun meluncurkan investigasi atas tuduhan ini. Pada Agustus 2024, PBB mengumumkan sembilan pegawai UNRWA yang mungkin terlibat dalam serangan tersebut telah dipecat.

Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu mengklaim ada 13 pegawai UNRWA yang berpartisipasi dalam insiden itu, dengan dokumen Israel mengungkapkan bukti UNRWA mempekerjakan 190 anggota Hamas dan Jihad Islam.

Baca juga: UNRWA Kutuk Larangan Israel, Sebut Langkah Ini 'Preseden Berbahaya'

Dampak Larangan Israel

Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, menyebut keputusan Knesset itu sebagai "preseden berbahaya" dan bagian dari kampanye untuk mendiskreditkan UNRWA.

Badan-badan PBB memperingatkan keputusan ini dapat memicu semakin banyak anak-anak tewas dan menjadi bentuk hukuman kolektif bagi warga Gaza jika sepenuhnya diterapkan. Juru bicara UNICEF, James Elder, menegaskan, jika UNRWA tak lagi beroperasi, sistem kemanusiaan di Gaza akan runtuh.

Sikap Israel terhadap UNRWA

Otoritas Israel telah lama menyerukan pembubaran UNRWA, berargumen misinya sudah usang dan mendorong sentimen anti-Israel di antara stafnya. Netanyahu pernah meminta AS untuk mengurangi dukungan terhadap UNRWA, bahkan memuji pemerintahan Donald Trump yang menghentikan pendanaan bagi badan tersebut.

UNRWA juga mengalami kontroversi lain, seperti pengunduran diri kepala agensi akibat penyelidikan pelanggaran pada tahun 2019 dan temuan roket di sekolah UNRWA yang kosong pada tahun 2014. Dengan larangan ini, masa depan kemanusiaan di Gaza semakin terancam, sementara kebutuhan akan bantuan kemanusiaan terus meningkat di tengah konflik yang berkepanjangan.

Sumber: Reuters

Penulis :
Khalied Malvino