
Pantau - Rakyat Georgia kembali turun ke jalan demi menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap hasil Pemilu pada 26 Oktober 2024.
Pemilu yang memenangkan Partai Georgian Dream dengan 54 persen suara dianggap penuh kecurangan oleh oposisi dan mayoritas rakyat.
Protes kian memanas usai partai penguasa membuka sesi parlemen baru pada Senin (25/11/2024), meski dikepung ribuan demonstran di luar gedung DPR Georgia.
Para pengunjuk rasa meneriakkan "Rusia" dan "budak" kepada anggota DPR Georgia yang tiba, bahkan melempari gedung parlemen dengan telur.
Pemilu ini menjadi sorotan internasional. Pengamat menyebutkan ada pelanggaran yang berpotensi memengaruhi hasil.
Namun, mereka tidak secara langsung menyatakan adanya pencurian suara. Sementara itu, negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE), mendesak investigasi atas dugaan kecurangan tersebut.
Georgia, yang dikenal sebagai negara pro-Barat dengan status kandidat UE, belakangan ini menunjukkan kedekatan erat dengan Rusia.
Baca juga:
- Klaim Georgia soal Kemenangan Trump di Pilpres AS Akhiri Konlik Rusia-Ukraina
- Ayah Pelaku Penembakan di Sekolah Georgia Ditahan
Hal ini memicu kekhawatiran besar bagi masyarakat, terutama setelah partai Georgian Dream mendorong undang-undang (UU) kontroversial yang dianggap anti-demokrasi.
Para pengunjuk rasa telah berkumpul sejak Minggu (24/11/2024) malam di depan gedung DPR Georgia yang dibangun era Soviet. Eka Demetradze, salah satu demonstran, menyebut aksi ini sebagai perjuangan hidup dan mati bagi Georgia.
“Negara kami berada di ambang kehancuran. Kami benar-benar ingin membela negara ini karena kami sangat mencintainya,” ujar Eka penuh emosi, melansir Reuters.
Eka juga menyebut sosok Bidzina Ivanishvili, mantan Perdana Menteri (PM) sekaligus pendiri Georgian Dream, sebagai tokoh utama di balik situasi ini.
“Kami tidak akan membiarkan oligarki mencuri masa kini dan masa depan kami,” tegasnya.
Partai-partai oposisi menegaskan, mereka enggan menghadiri sesi parlemen baru. Mereka juga bersumpah akan terus mendukung aksi protes untuk melawan kebijakan Georgian Dream yang dianggap merugikan demokrasi dan mendekatkan Georgia ke Rusia.
Georgia kini berada di persimpangan jalan. Akankah suara rakyat mampu mengubah arah negara ini, atau justru kekuasaan oligarki semakin menguat? Dunia terus menantikan perkembangan di negara kecil Kaukasus ini.
- Penulis :
- Khalied Malvino