billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Konflik Sudan Memanas, Puluhan Tewas dalam Serangan Sengit

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Konflik Sudan Memanas, Puluhan Tewas dalam Serangan Sengit
Foto: Tentara Sudan patroli di wilayah Khartoum Utara pada 3 November 2024 di tengah eskalasi konflik yang terus meningkat. (Getty Images)

Pantau - Puluhan korban tewas dalam dua hari terakhir di Sudan akibat eskalasi konflik antara militer dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF).

Menurut pejabat, aktivis, dan kelompok hak asasi manusia (HAM), mengutip Al Jazeera, Rabu (11/12/2024), pertumpahan darah yang terus meningkat ini menambah daftar panjang korban perang yang telah berlangsung selama 20 bulan dan menewaskan puluhan ribu orang.

Serangan udara oleh militer semakin intensif di wilayah yang dikuasai RSF, sementara paramiliter membalas dengan serangan artileri dan penggerebekan skala besar.

Pada Senin (10/12/2024), serangan udara menghantam pasar supersibuk di Kabkabiya, sekitar 180 km barat ibu kota Darfur Utara, El-Fasher.

Kota yang dikepung RSF ini menjadi lokasi pembantaian yang menewaskan lebih dari 100 orang dan melukai ratusan lainnya, termasuk wanita dan anak-anak, menurut laporan kelompok Emergency Lawyers.

Militer membantah bertanggungjawab atas serangan itu. Dalam pernyataannya kepada kantor berita Reuters, militer menegaskan haknya untuk menyerang lokasi yang digunakan RSF untuk keperluan militer. Namun, hingga kini RSF belum memberikan komentar.

Baca juga: RSF Sudan Serang Khartoum, 9 Tewas dan 35 Terluka

Pada Selasa (11/12/2024), RSF menembakkan artileri berat ke sektor yang dikuasai militer di Omdurman, kota yang terletak di seberang Sungai Nil dari Khartoum.

Gubernur Khartoum yang didukung pemerintah Sudan, Ahmed Othman Hamza, menyebut serangan itu sebagai "pembantaian" yang menewaskan setidaknya 65 orang dan melukai ratusan lainnya. Sebuah peluru menghantam bus penumpang, membunuh seluruh penumpangnya.

“Sebanyak 22 orang tewas, tubuh mereka terpotong-potong,” kata Hamza.

Seorang sumber medis dari Rumah Sakit Al-Nao, salah satu fasilitas terakhir yang masih menerima pasien di Omdurman, melaporkan pihaknya menerima 15 korban tewas dari serangan bus tersebut.

Sementara tujuh lainnya meninggal dunia di rumah sakit. Selain itu, rumah sakit juga menerima 45 korban luka dari berbagai lokasi di Omdurman.

Pada hari yang sama, RSF menyerang kamp pengungsi Zamzam di Darfur Utara yang dilanda kelaparan, menewaskan lima orang, menurut kelompok Darfur General Coordination of Camps for the Displaced and Refugees.

Baca juga: Tragis! Dua Pengungsi Tewas usai Diserang Paramiliter Sudan

Di tempat lain, enam orang tewas di negara bagian Kordofan Utara ketika sebuah drone yang jatuh pada 26 November 2024 meledak, lapor Emergency Lawyers.

Perang di Sudan pecah pada April 2023 akibat perebutan kekuasaan antara militer dan RSF Sudan yang semula direncanakan untuk transisi menuju pemerintahan sipil.

Menurut misi pencari fakta PBB pada September 2024, kedua pihak terlibat dalam kekerasan yang bisa dikategorikan sebagai kejahatan perang, termasuk serangan terhadap warga sipil.

"Kekerasan tersebut telah menewaskan puluhan ribu orang, memaksa 11 juta warga mengungsi, dan memicu krisis kelaparan terbesar di dunia," demikian laporan PBB.

Dua hari lalu, PBB memperingatkan nyaris 10 ribu penduduk melarikan diri ke Sudan Selatan setiap harinya, dengan jumlah kedatangan harian meningkat tiga kali lipat dalam beberapa pekan terakhir.

Sistem kesehatan Sudan yang sudah rapuh sebelum perang kini makin lumpuh. Tercatat hingga 80 persen fasilitas kesehatan di wilayah konflik dilaporkan sudah tidak beroperasi atau nyaris tutup, menurut PBB.

Penulis :
Khalied Malvino