
Pantau - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia pada Senin (16/12/2024) menegaskan, rakyat Suriahlah yang harus menentukan masa depan negara mereka sendiri. Rusia juga menyerukan pembentukan pemerintahan yang mencakup berbagai kelompok etnis dan agama di Suriah.
Kemlu Rusia menyebut, Moskow terus memantau situasi di Suriah lebih dari sepekan usai jatuhnya mantan Presiden Bashar al-Assad, yang telah lama didukung Rusia. Kini, kekuasaan semakin terkonsentrasi di tangan komandan Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Ahmed Al-Sharaa.
“Rusia percaya, jalan menuju normalisasi yang stabil di Suriah adalah dengan menciptakan dialog inklusif di antara rakyat Suriah, yang bertujuan mencapai kesepakatan nasional dan melanjutkan proses penyelesaian politik yang kompleks,” tulis pernyataan Kemlu Rusia, melansir Reuters, Selasa (17/12/2024).
"Bagi Rusia, sangat penting agar masa depan Suriah ditentukan oleh rakyatnya sendiri. Kami yakin hubungan persahabatan yang telah terjalin antara Rusia dan Suriah selama puluhan tahun akan terus berkembang," sambungnya.
Baca juga:
- Dinding di Pojok Damaskus Dipenuhi Foto Orang Hilang, Keluarga Menanti Jawaban
- Pemimpin Islamis Suriah Bertemu Utusan PBB di Damaskus, Bahas Apa?
Kemlu Rusia juga mengingatkan, umat Muslim dan Kristen telah hidup berdampingan di Suriah selama berabad-abad. Termasuk hubungan dekat dengan Patriarkat Ortodoks Yunani Antiokhia di Damaskus, yang memiliki hubungan khusus dengan Gereja Ortodoks Rusia.
Sementara itu, Kremlin menuturkan, belum ada keputusan final soal masa depan pangkalan militer Rusia di Suriah. Kendati demikian, Rusia tetap berkomunikasi dengan pihak berwenang Suriah.
Pada akhir pekan lalu, beberapa pejabat Suriah mengungkapkan kepada Reuters bahwa Rusia menarik mundur pasukannya dari garis depan di Suriah utara dan dari beberapa pos di Pegunungan Alawite, namun tetap menjaga dua pangkalan militernya di Suriah.
Bashar al-Assad, yang kini berada di Rusia setelah diberikan suaka, menyampaikan pernyataan pertamanya sejak digulingkan dari kekuasaan.
Dia mengaku dievakuasi dari pangkalan Hmeimim pada Minggu (8/12/2024) usai lokasi itu diserang drone. Lalu, dia meninggalkan Damaskus pagi hari dengan pasukan pemberontak yang semakin mendekat.
- Penulis :
- Khalied Malvino