
Pantau - Kementerian Pertahanan Kamboja melaporkan bahwa sedikitnya 8 warga sipil dan 5 tentara Kamboja tewas dalam bentrokan bersenjata lintas perbatasan dengan Thailand yang terjadi sejak Kamis, 24 Juli 2025.
Dalam konferensi pers di Phnom Penh, Juru Bicara Kementerian, Maly Socheata, menyampaikan bahwa sebanyak 21 personel Angkatan Bersenjata Kerajaan Kamboja (RCAF) dan sekitar 50 warga sipil mengalami luka-luka akibat tembakan artileri yang intens.
Bentrokan berlangsung di wilayah perbatasan yang dipersengketakan antara Provinsi Preah Vihear (Kamboja) dan Provinsi Ubon Ratchathani (Thailand), sebagaimana dilaporkan oleh Khmer Times dan dikutip dari sumber Anadolu.
Ribuan Warga Mengungsi, Kedua Negara Saling Tuding
Akibat eskalasi konflik, tercatat 35.829 warga sipil Kamboja telah mengungsi dari daerah-daerah berisiko tinggi di tiga provinsi, yakni:
- Preah Vihear
- Oddar Meanchey
- Pursat
Sementara itu, Thailand juga melaporkan 15 korban jiwa, termasuk 1 tentara, selama bentrokan yang berlangsung selama tiga hari berturut-turut.
Ribuan warga Thailand turut mengungsi untuk menghindari dampak dari konflik bersenjata tersebut.
Dalam bentrokan ini, Thailand mengerahkan jet tempur, sedangkan Kamboja membalas dengan menembakkan roket.
Kedua negara saling menuduh sebagai pihak yang pertama kali memulai serangan.
Ketegangan antara kedua negara sudah meningkat sejak 28 Mei 2025, saat seorang prajurit Kamboja dilaporkan tewas dalam insiden sebelumnya.
Seruan Gencatan Senjata dan Upaya Mediasi Internasional
Di tengah eskalasi konflik, Malaysia menyerukan gencatan senjata dan menawarkan diri sebagai pihak mediasi untuk menengahi krisis antara Kamboja dan Thailand.
Pemerintah Kamboja juga dilaporkan telah menggelar pertemuan darurat guna merespons situasi keamanan dan krisis kemanusiaan yang berkembang di wilayah perbatasan.
Belum ada laporan resmi mengenai hasil perundingan atau langkah diplomatik lanjutan dari kedua negara hingga saat ini.
- Penulis :
- Aditya Yohan