
Pantau.com - Dunia semakin panas. Juli 2019 menjadi bulan terpanas yang pernah tercatat. Suhu pada Juli di mana pun di dunia lebih tinggi dalam 10 tahun terakhir dibandingkan dengan tahun 1880-1900.
Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa kita harus membatasi peningkatan suhu global menjadi 1,5 derajat untuk menghindari pengaruh terburuk perubahan iklim. Ini jika dibandingkan dengan suhu pada tahun 1850-1900, sebelum menyebarnya industrialisasi.
Baca juga: Saudi Longgarkan Aturan Perempuan Bepergian Tanpa Pengawalan Laki-laki
Bumi lebih panas sekitar 1C sejak saat itu. Perubahan ini kelihatannya tidak besar, tetapi jika berbagai negara tidak bertindak membatasi pemanasan, dunia kita dapat mengalami 'bencana perubahan', menurut badan internasional pemanasan global, IPCC.
Dilansir BBC, peningkatan permukaan air laut, dapat menyebabkan ratusan juta orang terpaksa mengungsi. Kita juga akan menghadapi cuaca yang lebih ekstrem, seperti kekeringan, gelombang panas dan hujan lebat, sementara kemampuan kita menanam tumbuhan seperti padi, jagung dan gandum akan terancam kesulitan.
Jika pemanasan global berlanjut pada tingkat seperti saat ini, suhu dapat meningkat 3-5C di akhir abad. Coba telusuri apakah daerah di seputar kota Anda semakin panas dan bagaimana kemungkinannya di masa depan.
Amerika Serikat
Dengan jumlah penduduk lebih dari delapan juta jiwa, New York adalah salah kota terbesar dunia. Tetapi kota ini rawan mengalami banjir pesisir pantai, seperti yang terjadi setelah Topan Sandy dari bulan Oktober sampai November 2012. Topan Sandy meyebabkan jalur kereta bawah tanah dan terowongan jalan yang menuju kawasan Manhattan, banjir serta menyebabkan listrik mati dan menyebabkan lebih dari 50 orang meninggal.
Perubahan iklim diperkirakan akan menyebabkan topan lebih parah dengan curah air yang lebih banyak. Perubahan iklim juga mengakibatkan peningkatan permukaan air laut. Lokasi pesisir New York, dengan garis pantai sepanjang hampir 1.500 km, membuat kawasan ini sangat rawan terkena pengaruh iklim. Badan darurat AS memperkirakan pada pertengahan abad ini, seperempat kota - tempat tinggal hampir satu juta orang - akan berada di wilayah banjir.
Baca juga: Gelombang Protes Meningkat, Ribuan PNS Hong Kong Turun ke Jalan
Kutub Utara sangat peka terhadap pengaruh perubahan iklim dan lebih panas dua kali lebih cepat dari pada bagian lain dunia. Karena itulah ini dipandang sebagai pemberi peringatan dini pengaruh pemanasan global.
Seperti daerah lain di dunia, Kutub Utara mengalami peningkatan suhu udara dan air. Tetapi Laut Kutub Utara tertutup es laut yang meleleh saat musim panas dan kembali membeku di musim dingin. Pada puluhan tahun terakhir, es meleleh lebih cepat dibandingkan saat membeku kembali pada musim dingin, sehingga terjadi penurunan. Kejadian ini menyebabkan perubahan suhu yang tinggi di Kutub Utara dibandingkan bagian lain dunia.
Baca juga: Palestina dan Arab Saudi Peringati Idul Adha 11 Agustus 2019
Lokasi Jakarta
Kota Jakarta (Foto: Pixabay)
Ibu kota Indonesia, dengan penduduk 10 juta jiwa, adalah salah satu kota yang diperkirakan akan paling cepat tenggelam di dunia. Bagian utara kota tenggelam pada tingkat 25 cm per tahun di beberapa tempat. Tingkat dramatis ini disebabkan kombinasi pengambilan air tanah berlebihan yang menyebabkan tanah ambles dan peningkatan permukaan air laut akibat perubahan iklim. Tembok pembatas sepanjang 32 km dan 17 pulau buatan sedang dibangun untuk melindungi kota dengan biaya sekitar Rp560 triliun.
Tetapi para pengamat mengatakan ini hanyalah langkah sementara. Mereka mengatakan semua pengambilan air tanah harus berhenti pada tahun 2050, sementara upaya lain juga dilakukan dengan mencari sumber air lain yang dipompa dari waduk. Tetapi peningkatan permukaan air laut akan tetap menjadi masalah, sama seperti kota-kota pesisir lainnya. Peningkatan ini disebabkan naiknya suhu yang menyebabkan mencairnya es di kutub.
rn- Penulis :
- Nani Suherni