Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Menelusuri Ragam Kekayaan Adat Istiadat Banten, Tradisi Unik yang Wajib Dilestarikan

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Menelusuri Ragam Kekayaan Adat Istiadat Banten, Tradisi Unik yang Wajib Dilestarikan
Foto: Upacara Seba Banten (Tangkapan layar YouTube Pemerintah Provinsi Banten)

Pantau - Jauh sebelum Indonesia merdeka, Banten telah memiliki sejarah yang panjang dan kaya akan budaya. Adat istiadat yang berkembang di Banten merupakan perpaduan antara pengaruh Hindu-Buddha, Islam, dan kepercayaan lokal. Hingga kini, warisan budaya tersebut masih dapat kita temui dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Banten.

Bagi para traveler yang ingin mengenal lebih dalam tentang kekayaan budaya Indonesia, Banten adalah destinasi yang wajib dikunjungi. Selain keindahan alamnya, Banten juga menawarkan pengalaman budaya yang unik dari adat istiadatnya.

Upacara Adat Seren Taun (Ngawalu/Kawalu)

Seren taun adalah upacara adat tahunan yang sangat penting bagi masyarakat Banten, khususnya di kawasan pedesaan. Upacara ini merupakan bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang melimpah. Kata "Seren" berasal dari bahasa Sunda yang berarti "menyelesaikan", sedangkan "Taun" berarti "tahun". Jadi, Seren Taun secara harfiah berarti selesainya satu tahun masa tanam dan panen.

Baca juga: Menbud Siap Daftarkan 3 Kebudayaan Indonesia ke UNESCO, Salah Satunya Kebaya

Rangkaian upacara Seren Taun meliputi:

  • Ngarep: Tahap persiapan, termasuk membersihkan lingkungan sekitar, menyiapkan sesaji, dan menentukan tanggal pelaksanaan.
  • Ngalaksa: Prosesi membawa hasil panen ke leuit (lumbung padi). Padi dibawa dengan menggunakan rengkong (pikulan dari bambu) sambil diiringi doa dan lagu-lagu tradisional.
  • Ngalar: Prosesi menata padi di dalam leuit. Padi ditata dengan rapi dan indah sebagai simbol kemakmuran.
  • Ngalap berkah: Dilakukan doa bersama untuk memohon berkah dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa.
  • Ngalar hejo: Prosesi menanam kembali sebagian padi hasil panen sebagai simbol keberlanjutan pertanian.
     

Upacara Adat Ngalaksa

Upacara Ngalaksa adalah salah satu tradisi penting dalam masyarakat Banten, khususnya di komunitas Baduy. Upacara ini merupakan bentuk syukur kepada Sang Hyang Widhi atas keberhasilan panen padi. Kata "ngalaksa" sendiri berasal dari kata "laksa", yaitu sejenis mi pipih yang terbuat dari tepung beras yang menjadi hidangan utama dalam perayaan ini.

Baca juga: Batik dan Ebru Suguhkan Kesan Mendalam tentang Budaya Indonesia dan Türkiye

Makna dan Tujuan Ngalaksa:

  • Syukur atas rezeki: Sama seperti Seren Taun, Ngalaksa juga merupakan ungkapan syukur atas hasil panen yang melimpah.
  • Penguatan solidaritas: Upacara ini memperkuat ikatan sosial antar anggota masyarakat.
  • Pelestarian budaya: Ngalaksa adalah warisan budaya yang perlu dilestarikan agar tidak hilang tergerus zaman.
  • Perhitungan jumlah penduduk: Uniknya, upacara ini juga digunakan sebagai cara untuk menghitung jumlah penduduk, termasuk bayi dan anak-anak.
     

Upacara Adat Seba

Upacara Seba adalah tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat Baduy, khususnya Baduy Dalam. Seba merupakan perjalanan spiritual tahunan dari kampung halaman mereka menuju ibu kota Provinsi Banten. Kata "seba" sendiri berasal dari bahasa Sunda yang berarti "memberi".

Makna dan Tujuan Seba:

  • Persembahan kepada penguasa: Seba merupakan bentuk penghormatan dan persembahan kepada penguasa sebagai simbol kesetiaan dan ketaatan.
  • Menjaga hubungan baik: Seba bertujuan untuk menjaga hubungan baik antara masyarakat Baduy dengan dunia luar, khususnya pemerintah.
  • Menjaga kelestarian adat: Seba menjadi sarana untuk melestarikan adat istiadat dan nilai-nilai luhur masyarakat Baduy.
     

Baca juga: Warisan Budaya Dunia, Jokowi Ajak Masyarakat Kenakan Batik dengan Bangga

Upacara Adat Dongdang

Upacara dongdang merupakan salah satu rangkaian penting dalam perayaan Seren Taun di Banten, khususnya di daerah-daerah yang masih kuat memegang tradisi pertanian. Dongdang sendiri merupakan dua ikat padi yang dibungkus kain dan dihiasi dengan bunga serta uang logam. Upacara ini memiliki makna yang sangat dalam bagi masyarakat Banten sebagai simbol syukur atas hasil panen yang melimpah dan harapan akan kemakmuran di masa depan.

Rangkaian Upacara Dongdang:

  • Pembuatan dongdang: Padi hasil panen dipilih yang terbaik dan kemudian diikat menjadi dua bagian yang seimbang. Dongdang kemudian dihias dengan kain, bunga, dan uang logam.
  • Arak-arakan: Dongdang diarak keliling kampung dengan diiringi musik tradisional dan tarian.
  • Penyerahan dongdang: Dongdang diserahkan kepada tokoh masyarakat atau disimpan di tempat yang dianggap sakral.
     

Prosesi Ngeroncong

Ngeroncong adalah sebuah tradisi unik dalam prosesi pernikahan di Banten, khususnya di kalangan masyarakat Sunda Banten. Kata "ngeroncong" sendiri memiliki arti yang beragam, namun dalam konteks pernikahan, ini merujuk pada suatu prosesi di mana calon pengantin perempuan mengunjungi calon pengantin pria di rumahnya.

Baca juga: Menelusuri Kekayaan Budaya di Museum Etnobotani atau Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia

Keunikan Ngeroncong di Banten

  • Peran aktif perempuan: Dalam tradisi ngeroncong, perempuan memiliki peran yang sangat aktif, mulai dari memilih pasangan hingga menentukan tanggal pernikahan.
  • Seserahan: Seserahan yang dibawa oleh calon pengantin perempuan memiliki makna simbolis dan biasanya disesuaikan dengan adat istiadat masing-masing daerah.
  • Musik dan tarian: Musik dan tarian tradisional menjadi bagian yang tak terpisahkan dari prosesi ngeroncong, menambah semarak acara.
     

Banten dengan kekayaan adat istiadatnya yang unik menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang patut kita lestarikan. Melalui berbagai upacara adat seperti Seren Taun, Ngalaksa, Seba, dan masih banyak lagi, masyarakat Banten berhasil menjaga kelestarian budaya dan nilai-nilai luhur leluhur. Dengan memahami dan menghargai keberagaman budaya di Banten, kita turut berkontribusi dalam melestarikan warisan budaya bangsa.

Laporan: Laury Kaniasti

Penulis :
Latisha Asharani