
Pantau - Semua orang pasti ingin bebas finansial. Namun semakin maraknya pengaruh finansial di media sosial, obrolan tentang inflasi, ketidakpastian ekonomi yang tidak ada habisnya, dan budaya perbandingan yang semakin meluas, tidak heran kalau money dysmorphia semakin ngetren di kalangan Gen Z dan milenial.
Kondisi tersebut terjadi karena kamu merasa selalu kekurangan uang, meskipun faktanya mungkin sebaliknya.
Dilansir dari Very Well Mind, money dysmorphia adalah kondisi di mana seseorang memiliki pandangan yang tidak realistis tentang keuangannya sendiri. Dalam hal ini, seseorang bisa merasa bahwa mereka tidak memiliki cukup uang atau hidup dalam kondisi yang lebih buruk dari kenyataannya.
Orang yang mengalami money dysmorphia sering kali merasa cemas tentang status finansial mereka, meski secara objektif mereka mungkin sudah cukup atau bahkan lebih dari cukup. Ini lebih tentang perasaan dan persepsi daripada kenyataan yang ada.
Menurut Smriti Joshi, MPhil, seorang psikolog dan kepala psikologi di Wysa, distorsi ini dapat disebabkan oleh kecemasan finansial, pengalaman masa lalu yang buruk terkait uang, atau perbandingan yang konstan dengan orang lain, terutama di media sosial.
“Media sosial menampilkan gaya hidup yang terlihat tidak terjangkau, dan itu dapat memicu perasaan bahwa kamu kurang berhasil,” ujar Joshi.
Selain itu, peristiwa traumatis seperti kehilangan pekerjaan atau putus hubungan yang berdampak pada kondisi finansial juga bisa memperburuk money dysmorphia ini.
Baca : Kondisi Finansial Ini Perlu Disiapkan Sebelum Resign dari Pekerjaan
Tanda-tanda Money Dysmorphia
1.Khawatir berlebihan tentang uang
Kamu selalu merasa khawatir tidak memiliki cukup uang meskipun tabunganmu mencukupi, ini bisa menjadi tanda money dysmorphia. Kecemasan ini sering muncul tanpa alasan yang jelas dan membuatmu terus berpikir bahwa pengeluaran kecil sekalipun akan merusak keuanganmu.
2.Obsesi pada pengeluaran kecil
Ada orang dengan money dysmorphia akan menghabiskan banyak waktu memikirkan pengeluaran kecil. Keputusan membeli secangkir kopi atau makan di luar bisa membuat mereka stres dan merasa bersalah, meskipun pengeluaran tersebut tidak memengaruhi kestabilan keuangan mereka secara signifikan. Hal ini bisa membuatmu ragu dalam mengambil keputusan finansial.
3.Menghindari pengeluaran sama sekali
Ketakutan untuk kehabisan uang bisa membuat seseorang menghindari pengeluaran, bahkan untuk kebutuhan penting. Alih-alih menggunakan uangnya untuk kebutuhan sehari-hari atau hiburan, mereka lebih memilih menimbun uang tanpa tujuan yang jelas. Ini bisa membuat kualitas hidup menurun karena terus-menerus menahan diri untuk gak menikmati hasil kerja keras.
4.Membandingkan diri dengan orang lain
Perbandingan dengan orang lain sering kali menjadi pemicu utama money dysmorphia. Melihat teman atau influencer di media sosial yang memamerkan liburan mewah, mobil baru, atau rumah impian bisa membuat kamu merasa tertinggal.
Baca : Perlahan Profesi Influencer Mulai Ditinggalkan Gen Z. Ini Alasannya!
- Penulis :
- Annisa Indri Lestari