Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Jangan Sampai Anak Kekurangan Omega-3, Dampaknya Berbahaya

Oleh Rifeni
SHARE   :

Jangan Sampai Anak Kekurangan Omega-3, Dampaknya Berbahaya

Pantau.com - Pada 1.000 hari pertama kehidupan anak (HPK) sangat ditentukan oleh nutrisi, stimulasi, dan faktor lingkungan. Selama masa ini, ada komposisi gizi yang sangat penting untuk proses tumbuh kembang, misalnya asam lemak esensial.

Asam lemak esensial mencakup golongan asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) yang terdiri atas Omega-3 dan Omega-6 serta asam lemak tak jenuh tunggal berupa Omega-9.

Spesialis anak dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K) menjelaskan, asam lemak esensial berfungsi untuk perkembangan sel, perkembangan fungsi otak dan saraf, produksi hormone-like substances, respon imun, dan reaksi radang.

"Tanda-tanda anak kekurangan asam lemak esensial antara lain kulit dan rambut kering, kulit kasar hingga berketombe karena kulit begitu kering, mata kering," ujar dr. Bernie dalam diskusi 'Kekurangan Omega-3 Pengaruhi Intelegensia Anak' di Jakarta, beberapa waktu yang lalu.

Baca juga: Ini Tanda Anak Kekurangan Asupan Makanan Bergizi

Tak hanya secara fisik, kekurangan asam lemak esensial juga akan berpengaruh pada atensi dan perilaku anak, misalnya gangguan perhatian, gangguan konsentrasi, gangguan kognitif, sering rewel, moody dan mudah emosi.

Makanan yang mengandung asam lemak esensial pun mudah ditemukan di Indonesia seperti ikan lele, ikan kembung, ikan sardin, ikan lemuru, tempe, tahu, seafood, dan susu yang difortifikasi.

Sementara itu, Prof. Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, Guru Besar Bidang Keamanan Pangan dan Gizi Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB mengatakan bahwa makanan yang mengandung sumber Omega-3 lebih cepat rusak nutrisinya.

Baca juga: Antara Ikan dan Susu, Mana yang Lebih Bergizi?

Oleh karena itu, dia menyarankan agar tidak mengolahnya menggunakan suhu yang tinggi.

"Omega-3 merupakan asam lemak tak jenuh ganda, yang mudah rusak akibat pemanasan. Kalau digoreng jangan berulang-ulang. Lebih baik dikukus, ditumis atau dibuat makanan berkuah," kata Prof. Ahmad.

Penulis :
Rifeni