
Pantau.com - Kebanyakan orang awam sering dibuat serba salah saat pertama kali bertemu dengan penderita autis. Rasa sungkan dan takut menyakiti sering berkecamuk. Karenanya sebagai Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) LOB Cipadung Bandung Enok Fatonah memberikan lima cara berhadapan dengan penderita autis.
1. Jangan sentuh bagian depan
Ilustrasi (Foto: Pixabay)
Saran ini diberikan mengingat banyak anak autis yang sering mengamuk jika pertama kali bertemu orang baru. Saat disentuh bagian depan kebanyakan anak autis cenderung tidak siap dan akan merasa ketakutan.
"Tapi sentuh dari belakang, itu trik, karena kalau dari depan, apalagi baru ketemu kan anak tidak tau itu siaap, jadi tambah ngamuk karena asing, jangankan orang yang baru ketemu, kita yang juga sehari-hari seperti itu, kita dengan kasih sayang dan sentuhan lembut," ujar Fatonah di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Rabu (3/4/2019).
Baca juga: Beda Jauh! Jangan Samakan Orang Kecanduan Gadget dengan Autis
2. Menghindar lebih dulu
Ilustrasi (Foto: Pixabay)
Ini metode berlindung saat anak tersebut tengah mengamuk, cobalah untuk mejauhinya sementara waktu dan mengamati apa penyebab itu terjadi, dari perilaku kebiasaan sang anak.
"Karena orang awam juga melihat anak itu ada yang memegang benda apa di depan terus dilempar kan dia (anak autis) tidak sadar, makanya sebaiknya menghindari dulu tapi cari tahu, bukan berarti menghindari untuk selamanya, karena dia berbuat seperti itu diluar kesadaran dia," jelasnya.
3. Cobalah kenal dan pahami
Ilustrasi (Foto: Pixabay)
Sebelum mencoba dekati, pahami latar belakang si anak berasal, pola kebiasaan, hobi hingga makanan kesukaan. Hal ini dilakukan agar anak tersebut mudah terpancing dengan orang yang memahami dan orang yang tahu kegemarannya.
"Intinya harus mengenal dulu, karena kita baru bagi mereka, tapi mungkin banyak juga dari mereka yang sudah bisa, kalau sudah sekolah, masuk sekolah yakin," paparnya.
Baca juga: Gara-gara Ini, Febby Rastanty Diminta Netizen Kenakan Hijab
4. Ikuti yang diingkan dan ajak jalan-jalan
Ilustrasi (Foto: Pixabay)
Saat semua kemauan diikuti, secara tidak langsung mereka akan langsung terikat dan kedepan merasa membutuhkan orang tersebut. Kegiatan jalan-jalan juga akan membuat suasana hati lebih bahagia dan senang, sehingga tidak mudah marah.
"Kita mendekat dulu kepada anak tersebut, pengennya anak tersebut apa,M kemana kita ikutin aja dulu, nanti kalau sudah tahu pengen anak tersebut, dia mungkin satu waktu membutuhkan kita," ungkapnya.
5. Sosialisasikan kepada lingkungan
Ilustrasi (Foto: Pixabay)
Agar anak-anak yang 'berbeda' ini tidak mendapat diskriminasi dari lingkungan sekitar, karena dianggap anak yan tidak waras atau berpenyakit menular, padahal pandangan itu sangatlah keliru, karenanya penting untuk meluruskan informasi.
"Intinya kita harus berikan sosialisasi jangan bosen ya kepada orang tua atau masyarakat. Awal di lingkuan saya seperti itu takut dan takut salah, tapi lama-lama akan terbentuk dari kesabaran kita. Bahkan saat ada anak autis tersesat ada saja masyarakat yang nganterin," tutupnya.
- Penulis :
- Nani Suherni