
Pantau - Idris Ahmad selaku Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta segera mengambil langkah yang diperlukan untuk mencegah lonjakan kasus COVID-19.
Pencegahan tersebut mengingat saat ini Jakarta sedang dalam masa pemulihan ekonomi.
Idris mengatakan sekarang sudah muncul sub varian Omicron BA.4 dan BA.5 yang penularannya cepat di Indonesia.
"Kita sudah pernah menghadapi beberapa masa lonjakan kasus, saya harap geraknya lebih cepat. Apalagi sekarang ada sub varian Omicron BA.4 dan BA.5 yang penularannya cepat," kata Idris di Jakarta, Senin (15/6/2022).
Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) itu menyatakan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta harus siaga melakukan penegakan disiplin protokol kesehatan. Jangan sampai pemulihan ekonomi kembali terhambat karena kurang antisipasi.
"Kasihan nanti resto, warung, UMKM harus mengurangi kapasitas atau malah harus tutup," katanya.
Menurut Idris, per hari Minggu (12/6) DKI Jakarta tercatat sebagai provinsi tertinggi yang menyumbangkan kasus positif COVID-19 harian dengan total 322 kasus dari keseluruhan Indonesia 551 kasus di Indonesia.
Ia mengatakan bahwa saat ini kegiatan sudah berjalan seperti keadaan normal, sehingga Idris berharap Pemprov DKI Jakarta tidak tutup mata terhadap kemungkinan adanya lonjakan kasus COVID-19 ke depannya.
"Jangan sampai karena sekarang seakan-akan semuanya sudah normal, jadi tidak ada persiapan dari pemprov," katanya.
Salah satunya adalah Singapura yang sudah memprediksi bahwa akibat dari sub varian Omicron tersebut, akan ada gelombang lonjakan di Singapura pada Juli atau Agustus 2022.
Idris kembali mengatakan, salah satu antisipasi yang bisa dilakukan adalah dengan memperbanyak lagi sentra vaksinasi penguat (booster) yang angka capaiannya belum optimal.
Penerima vaksinasi dosis I dan dosis II yang ber-KTP DKI Jakarta berjumlah 8,8 juta dan 7,9 juta, sedangkan per Senin (13/6) penerima vaksinasi 'booster' di Jakarta berjumlah total 3,9 juta.
Artinya, belum sampai 50 persen. "Saya mendorong pemprov kembali memasifkan sentra-sentra vaksinasi di semua wilayah untuk melindungi warga Jakarta," ujar Idris.
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Mohammad Syahril mengungkapkan, sudah ada empat kasus terjangkit sub varian Omicron BA.4 dan BA.5 di Bali.
Ada tiga kasus Omicron BA.5 di Indonesia yang merupakan pria Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) yang merupakan delegasi pertemuan "The Global Platform Disaster Risk Reduction" di Bali pada 23-28 Mei 2022.
Tiga WNA itu tidak punya gejala COVID-19. Sedangkan, untuk satu orang lainnya terinfeksi Omicron BA.4 dan merupakan warga negara Indonesia (WNI).
Namun berdasarkan arahan yang disampaikan oleh Gubernur DKI Jakarta Selasa (14/6) pagi, Anies Baswedan, secara spesifik menyatakan bahwa kondisi DKI Jakarta kini dalam masa genting yang semakin hari semakin menghawatirkan.
Pemprov DKI Jakarta masih tetap melanjutkan kebijakan PPKM sekala mikro, akan tetapi Anies menyatakan secara tegas bahwa kegiatan masyarakat mulai selasa malam dipastikan berakhir jam 21.oo WIB.
Pencegahan tersebut mengingat saat ini Jakarta sedang dalam masa pemulihan ekonomi.
Idris mengatakan sekarang sudah muncul sub varian Omicron BA.4 dan BA.5 yang penularannya cepat di Indonesia.
"Kita sudah pernah menghadapi beberapa masa lonjakan kasus, saya harap geraknya lebih cepat. Apalagi sekarang ada sub varian Omicron BA.4 dan BA.5 yang penularannya cepat," kata Idris di Jakarta, Senin (15/6/2022).
Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) itu menyatakan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta harus siaga melakukan penegakan disiplin protokol kesehatan. Jangan sampai pemulihan ekonomi kembali terhambat karena kurang antisipasi.
"Kasihan nanti resto, warung, UMKM harus mengurangi kapasitas atau malah harus tutup," katanya.
Menurut Idris, per hari Minggu (12/6) DKI Jakarta tercatat sebagai provinsi tertinggi yang menyumbangkan kasus positif COVID-19 harian dengan total 322 kasus dari keseluruhan Indonesia 551 kasus di Indonesia.
Ia mengatakan bahwa saat ini kegiatan sudah berjalan seperti keadaan normal, sehingga Idris berharap Pemprov DKI Jakarta tidak tutup mata terhadap kemungkinan adanya lonjakan kasus COVID-19 ke depannya.
"Jangan sampai karena sekarang seakan-akan semuanya sudah normal, jadi tidak ada persiapan dari pemprov," katanya.
Salah satunya adalah Singapura yang sudah memprediksi bahwa akibat dari sub varian Omicron tersebut, akan ada gelombang lonjakan di Singapura pada Juli atau Agustus 2022.
Idris kembali mengatakan, salah satu antisipasi yang bisa dilakukan adalah dengan memperbanyak lagi sentra vaksinasi penguat (booster) yang angka capaiannya belum optimal.
Penerima vaksinasi dosis I dan dosis II yang ber-KTP DKI Jakarta berjumlah 8,8 juta dan 7,9 juta, sedangkan per Senin (13/6) penerima vaksinasi 'booster' di Jakarta berjumlah total 3,9 juta.
Artinya, belum sampai 50 persen. "Saya mendorong pemprov kembali memasifkan sentra-sentra vaksinasi di semua wilayah untuk melindungi warga Jakarta," ujar Idris.
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Mohammad Syahril mengungkapkan, sudah ada empat kasus terjangkit sub varian Omicron BA.4 dan BA.5 di Bali.
Ada tiga kasus Omicron BA.5 di Indonesia yang merupakan pria Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) yang merupakan delegasi pertemuan "The Global Platform Disaster Risk Reduction" di Bali pada 23-28 Mei 2022.
Tiga WNA itu tidak punya gejala COVID-19. Sedangkan, untuk satu orang lainnya terinfeksi Omicron BA.4 dan merupakan warga negara Indonesia (WNI).
Namun berdasarkan arahan yang disampaikan oleh Gubernur DKI Jakarta Selasa (14/6) pagi, Anies Baswedan, secara spesifik menyatakan bahwa kondisi DKI Jakarta kini dalam masa genting yang semakin hari semakin menghawatirkan.
Pemprov DKI Jakarta masih tetap melanjutkan kebijakan PPKM sekala mikro, akan tetapi Anies menyatakan secara tegas bahwa kegiatan masyarakat mulai selasa malam dipastikan berakhir jam 21.oo WIB.
#Omicron#gubernur jakarta#Covid-19 Jakarta#Vaksin#DKI Jakarta#Covid-19#Anies Baswedan#Kasus Covid-19#Pemprov DKI Jakarta#DPRD
- Penulis :
- Firdha Rizki Amalia