
Pantau - Penentuan awal puasa Ramadan dan Hari Raya Idulfitri kerap menimbulkan perbedaan antara pemerintah dan ormas keagamaan.
Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Thomas Djamaluddin menjelaskan, perbedaan ini karena terdapat dua metode dalam menentukan awal bulan Hijriah, yakni metode hisab (perhitungan) dan rukyat (pemantauan).
"Dua metode ini sejak dulu selalu diperdebatkan mana yang paling kuat, dan ini sampai sekarang tidak ada titik temu karena soal keyakinan masing-masing," ungkap Thomas, Rabu (22/3/2023).
Baca Juga: Prediksi Peneliti BRIN, Puasa Tahun Ini Serentak
Thomas memaparkan, untuk pihak yang memiliki keyakinan tentang hisab, mereka menilai jika bulan sudah berada di atas ufuk, maka sudah memasuki bulan baru Hijriah.
Sedangkan, menurut metode rukyat, berdasarkan kesepakatan Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), kriteria hilal terlihat apabila di atas ketinggian 3 derajat dan sudut elongansi 6,4 derajat.
"Nah, ketika posisi hilal berada di antara dua kriteria tersebut. Sudah dianggap wujud tapi posisinya masih rendah, itu pasti terjadi perbedaan," ungkapnya.
Baca Juga: Pantau Sidang Isbat Hari Ini, Kemenag Siapkan 124 Titik Teropong Hilal
Sementara itu, mengenai awal puasa tahun ini, ia memprediksi akan berlangsung serentak. Pasalnya, posisi ketinggian hilal sudah jauh di atas kriteria, yakni antara 6-8 derajat di atas ufuk.
"Dengan perhitungan ini, maka kemungkinan besar 1 Ramadan 1444 Hijriah akan jatuh pada Kamis esok," pungkasnya.
Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Thomas Djamaluddin menjelaskan, perbedaan ini karena terdapat dua metode dalam menentukan awal bulan Hijriah, yakni metode hisab (perhitungan) dan rukyat (pemantauan).
"Dua metode ini sejak dulu selalu diperdebatkan mana yang paling kuat, dan ini sampai sekarang tidak ada titik temu karena soal keyakinan masing-masing," ungkap Thomas, Rabu (22/3/2023).
Baca Juga: Prediksi Peneliti BRIN, Puasa Tahun Ini Serentak
Thomas memaparkan, untuk pihak yang memiliki keyakinan tentang hisab, mereka menilai jika bulan sudah berada di atas ufuk, maka sudah memasuki bulan baru Hijriah.
Sedangkan, menurut metode rukyat, berdasarkan kesepakatan Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), kriteria hilal terlihat apabila di atas ketinggian 3 derajat dan sudut elongansi 6,4 derajat.
"Nah, ketika posisi hilal berada di antara dua kriteria tersebut. Sudah dianggap wujud tapi posisinya masih rendah, itu pasti terjadi perbedaan," ungkapnya.
Baca Juga: Pantau Sidang Isbat Hari Ini, Kemenag Siapkan 124 Titik Teropong Hilal
Sementara itu, mengenai awal puasa tahun ini, ia memprediksi akan berlangsung serentak. Pasalnya, posisi ketinggian hilal sudah jauh di atas kriteria, yakni antara 6-8 derajat di atas ufuk.
"Dengan perhitungan ini, maka kemungkinan besar 1 Ramadan 1444 Hijriah akan jatuh pada Kamis esok," pungkasnya.
- Penulis :
- Aditya Andreas