billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Ketua DPD RI Tanggapi 'Sentilan' Jokowi Terkait Budi Pekerti Elite Politik

Oleh Sofian Faiq
SHARE   :

Ketua DPD RI Tanggapi 'Sentilan' Jokowi Terkait Budi Pekerti Elite Politik
Foto: Jokowi (tangkap layar)

Pantau - Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat menyinggung soal semakin pudarnya budaya santun dan budaya budi pekerti luhur dalam Pidato Kenegaraan di Sidang Tahunan MPR RI, Rabu (16/8/2023). 

Ketua Kelompok DPD di MPR M. Syukur menilai apa yang disampaikan oleh Jokowi sebenarnya memberikan pesan atas fenomena perilaku elite yang akhir-akhir ini tidak mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia.

"Saya kira ini merupakan kritik bagi kita semua sebagai elite politik, kelompok intelektual, akademisi, tokoh publik yang menjadi teladan masyarakat," ucap Syukur seperti keterangannya, Kamis (17/8/2023).

"Untuk selalu menjaga etika dan kesantunan dalam menyampaikan pendapat meskipun itu berbeda," sambungnya.

Lalu menurut Syukur, elite politik harus mencontoh para pendiri bangsa ini, meskipun mereka berbeda pendapat ataupun pandangan soal pilihan politik namun mereka masih bisa saling menghargai dan menghormati.

"Kita bisa mengambil keteladanan dari Pak Natsir Ketua Partai Masyumi dengan Pak Kasimo pendiri Partai Katolik meskipun mereka berlawanan secara politik tetapi mereka masih bisa menjaga silaturahmi," katanya.

Ini adalah contoh yang baik yang bisa ditiru oleh kita dan masyarakat dibawah," lanjutnya.

Syukur yang juga anggota DPD RI dari Provinsi Jambi menambahkan degradasi etika dan kesantunan dalam berekspresi dan berpendapat sangat berbahaya jika dibiarkan, apalagi menjelang kontestasi pemilu. 

Oleh sebab itu, dampaknya bisa mengancam kohesi sosial dan mengoyak-ngoyak persatuan antar anak bangsa. Kata dia, elite politik dan kaum intelektual perlu menjadi contoh keteladanan melalui sikap, perilaku, dan perbuatan sehari-hari.

"Apalagi dengan adanya media sosial baik seperti facebook, IG, Youtube, TikTok bisa diisi dengan pesan dan kampanye positif, pendapat atau kritik konstruktif," pungkasnya.

"Sehingga media sosial tidak dipenuhi oleh berita-berita bohong, hujatan, dan hinaan dengan menyerang sana sini tanpa beradab," imbuhnya.

Penulis :
Sofian Faiq