
Pantau - Baru-baru ini, film dokumenter dengan sutradara Dandhy Laksono berjudul "Dirty Vote" yang tayang pada Minggu (11/2/2024) tengah ramai menjadi perbincangan masyarakat.
Berdasarkan sumber resmi YouTube "Dirty Vote", film tersebut mengungkap berbagai instrumen kekuasaan telah digunakan untuk tujuan memenangkan Pemilu dan merusak tatanan demokrasi.
Bentuk kecurangan pemilu diurai dengan analisa tiga ahli hukum tata negara yakni Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari. Berikut adalah profil dari ketiga bintang dalam film tersebut:
1. Zainal Arifin Mochtar
Pria bernama lengkap Zainal Arifin Mochtar, S.H., LL.M., ini lahir di Makassar, 8 Desember 1978. Pada tahun 2003, ia menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) Ilmu Hukum di Universitas Gadjah Mada (UGM). Lalu, di tahun 2006 menyelesaikan Strata Dua (S2) dengan gelar Master of Law di Universitas Northwestern, Chicago, Amerika Serikat. Tidak berhenti disitu, pada tahun 2012, Zainal menamatkan Strata Tiga (S3) Ilmu Hukum di Universitas Gadjah Mada.
Untuk mengawali karirnya, Zainal menjadi seorang dosen Hukum Tata Negara di Fakultas Hukum UGM pada tahun 2014. Ia juga aktif di berbagai kegiatan Antikorupsi, diantaranya yakni Anggota Tim Task Force Penyusunan UU Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada tahun 2007, Direktur Advokasi Pusat Kajian Antikorupsi (PUKAT), Fakultas Hukum UGM pada tahun 2008-2017.
Selain itu, Zainal pernah memegang posisi Anggota Dewan Audit Otoritas Jasa Keuangan pada tahun 2015-2017. Lalu, menjadi Anggota Komisaris PT Pertamina EP pada tahun 2016-2019. Selanjutnya, Anggota Tim Penyelesaian Non-Yudisial Pelanggaran Hak Asasi Manusia pada tahun 2022. Adapun pada tahun 2023, menjabat sebagai Wakil Ketua Komite Pengawas Perpajakan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) hingga tahun 2026. Kemenkeu dipimpin oleh seorang menteri wanita bernama Sri Mulyani.
2. Bivitri Susanti
Wanita bernama lengkap Bivitri Susanti, S.H., LL.M., ini adalah pengajar di Sekolah Tinggi Hukum (STH) Indonesia Jentera. Ia pernah menjadi research fellow di Harvard Kennedy School of Government pada tahun 2013-2014. Lalu, visiting fellow di Australian National University School of Regulation and Global Governance pada tahun 2016, serta visiting professor di University of Tokyo, Jepang pada tahun 2018.
Bivitri merupakan penerima Anugerah Konstitusi M. Yamin dari Pusat Studi Konstitusi Universitas Andalas dan Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara-Hukum Administrasi Negara (APHTN-HAN) sebagai Pemikir Muda Hukum Tata Negara pada tahun 2018.
Lebih lanjut, Bivitri sebagai lulusan Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada tahun 1999. Kemudian, pada tahun 1998, ia bersama beberapa rekannya mendirikan Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK).
Selain itu, pada tahun 2002, ia meraih gelar Master of Laws dengan predikat “with distinction”, dengan beasiswa The British Chevening Award, di Universitas Warwick, Inggris. Diketahui, saat ini sedang tahap penyelesaian studi ke jenjang doktoral di University of Washington School of Law, Amerika Serikat.
Adapun, Bivitri juga dikenal aktif dalam kegiatan pembaruan hukum melalui perumusan konsep dan langkah-langkah konkrit pembaruan, serta dalam mempengaruhi langsung penentu kebijakan. Misalnya, dalam Koalisi Konstitusi Baru (1999-2002), penulisan Cetak Biru Pembaruan Peradilan, Tenaga Ahli untuk Tim Pembaruan Kejaksaan (2005-2007), Tenaga Ahli untuk Dewan Perwakilan Daerah (2007-2009), dan advokasi berbagai undang-undang.
3. Feri Amsari
Pria bernama lengkap Feri Amsari, S.H., M.H., LL.M., ini seorang aktivis hukum dan akademisi Indonesia. Feri merupakan dosen Fakultas Hukum, Pengamat Hukum Tata Negara, dan Direktur Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) Fakultas Hukum Universitas Andalas, Sumatera Barat.
Feri memeroleh gelar Strata Satu (S1) dari Fakultas Hukum Universitas Andalas pada tahun 2008. Masih di kampus yang sama, ia melanjutkan Strata Dua (S2) dengan mendapat IPK Cumlaude. Lalu, kembali melanjutkan Strata Dua (S2) perbandingan hukum Amerika dan Asia pada William and Mary Law School, Virginia.
Bukan hanya itu, ia aktif menulis tentang subjek korupsi, hukum, politik, dan kenegaraan. Hingga kini telah banyak dimuat media cetak, baik lokal maupun nasional seperti Kompas, Media Indonesia, Tempo, dan Sindo. Bahkan, ia juga penulis dalam jurnal-jurnal terkemuka terakreditas dan terindeks Scopus.
(Laporan: Jihan Susmita Dewi)
- Penulis :
- Firdha Riris
- Editor :
- Firdha Riris