Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Miris Masih Marak Terjadi, Simak Yuk Cara Agar Anak Merdeka dari Kekerasan

Oleh Firdha Riris
SHARE   :

Miris Masih Marak Terjadi, Simak Yuk Cara Agar Anak Merdeka dari Kekerasan
Foto: Sekolompok anak PAUD di Jakarta. (ANTARA/Zita Meirina)

Pantau - Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) jatuh tiap tanggal 23 Juli. Untuk tahun 2024 ini, HAN memasuki hari peringatan yang ke-40. Dengan tema 'Anak Terlindungi, Indonesia Maju', kita mengharapkan agar anak bisa merdeka dari berbagai macam kekerasan.

Sejumlah Bentuk Kekerasan pada Anak

Menurut Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja, (SNPHAR) tahun 2018 kekerasan terhadap anak dan remaja dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

  1. Kekerasan Emosional
    Kekerasan emosional atau psikis dapat menurunkan kepercayaan diri anak dengan penggunaan kata kata kasar, mempermalukan anak di depan umum, membanding bandingkan anak. Kekerasan mengakibatkan trauma secara psikis sehingga mempengaruhi perkembangan kepribadian anak
  2. Kekerasan Fisik
    Kekerasan ini dapat berupa penyiksaan, pemukulan, dan penganiyaan terhadap anak yang sering dilakukan orang tua atau guru dengan dalih mendisiplinkan anak. Akibat dari kekerasan ini akan ada bekas secara fisik seperti cedera, selain itu juga anak yang tumbuh dengan kekerasan fisik bakal menganggap hal lumrah untuk menyelesaikan masalah
  3. Kekerasan Seksual
    Kekerasan yang satu ini melibatkan kontak fisik dengan menjadikan anak sebagai objek seksual. Misalnya berupa pelecehan seksual menyentuh bagaian intim hingga pemerkosaan. Akibatnya, anak akan mengalami fisik atau pun psikis, dan dapat berpotensi menjadi pelaku kekerasan seksual.

Penyebab Kekerasan pada Anak

Penyebab kekerasan biasanya terdapat niat dan kesempatan. Dengan adanya niat atau hasrat bisa saja membuat kita melakukan hal-hal yang tidak baik seperti melakukan kekerasan. Jadi kita sebagai manusia harus dapat mengendalikan niat yang baik dengan cara membiasakan diri mengikuti kegiatan keagamaan dan melatih fisik seperti olah raga supaya dapat mengendalikan diri dari pikiran yang tidak baik.

Untuk kesempatan sendiri, pada awalnya sudah ada niat untuk melakukan tindak kejahatan, tetapi tidak ada kesempatan maka  kejahatan gagal terjadi. Jika sebaliknya, meski awalnya tidak ada niat tetapi ada kesempatan, maka bisa tindak kejahatan bisa terjadi.

Berdasarkan Kajian ke-Islaman HIDMAT Muslimat NU yang mengambil dari berbagai sumber: presentasi materi, buku dan tulisan di website (internet) yang ditulis oleh Dr. Sururin (Sekretaris HIDMAT Muslimat NU Pusat), beberapa penyebab kekerasan antara lain:

  1. Kemiskinan keluarga, orang tua menganggur, penghasilan tidak cukup, banyak anak. Kondisi ini banyak menyebabkan kekerasan pada anak
  2. Keluarga tunggal atau keluarga pecah (broken home), misalnya perceraian, ketiadaan ibu untuk jangka panjang atau keluarga tanpa ayah dan ibu tidak mampu memenuhi kebutuhan anak secara ekonomi
  3. Keluarga yang belum matang secara psikologis, (unwanted child), anak yang lahir di luar nikah
  4. Sejarah penelantaran anak. orang tua semasa kecilnya mengalami perlakuan salah cenderung memperlakukan salah anak-anaknya
  5. Kondisi lingkungan sosial yang buruk, pemukiman kumuh, tergusurnya tempat bermain anak, sikap acuh tak acuh terhadap tindakan eksploitasi, hingga pandangan terhadap nilai anak yang terlalu rendah.

Contoh Kasus Kekerasan pada Anak

Kekerasan pada anak ini memiliki banyak macam dan selalu ada tiap tahunnya. Salah satu kekerasan adalah secara emosional atau psikis. Dalam kehidupan sehari-hari bisa seperti bentuk pektaan tidak baik yang dilontarkan seseorang baik orang tua atau pun teman. 

 Perkataan tersebut cenderung berupa penghinaan atau membandingkan dengan orang lain. Misalnya, "kenapa kamu tidak sepintar anak tetangga sih? Dia saja selalu mendapat peringkat satu", atau bisa juga orang tua mengeluarkan kata-kata kasar bahkan bahasa binatang. Untuk kasus dalam pelecehan, bullying, dan penganiayaan terhadap anak akan dibahas di bawah ini.

  • Pelecehan Seksual

Kasus pencabulan terhadap anak kandung yang masih di bawah umur oleh ibunya beberapa waktu lalu sempat terjadi. Kasus pertama ada Ibu R (22) di Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, mencabuli ankanya usia 4 tahun. Kasus kedua, seorang ibu berinisial AK (26) di Kabupaten Bekasi, Jabar, yang mencabuli anak kandungnya berusia 10 tahun.

Kedua kasus viral ini memiliki motif faktor ekonomi, dalam beraksi, aku Facebook Icha Shakila'  juga disebut mengiming-imingi uang dan mengancam akan menyebarkan foto bugil R dan AK jika tidak menuruti perintahnya untuk berstubuh. Polisi sempat mencari pemilik akun FB 'Icha Shakila', dan ditemukan S sebagai pemiliknya. Namun, akun tersebut digunakan untuk melakukan kejahatan pelecehan oleh penggandaan akun lain. Untuk kedua ibu pelaku pelecehan itu kini sudah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan.

  • Bulliying

Kasus perundungan atau bullying dialami oleh seorang siswa inisial RAN penyandang disabilitas di salah satu SMP Negeri di Wonosari, Gunungkidul, DIY, oleh teman sekolahnya pada hari Rabu (21/2/2024) siang. Akibat, ia mengalami patah jari kelingking hingga harus pasang pen.

Kemudian juga terjadi di SMP Cilacap pada september 2023, bulliying dilakukan oleh 2 siswa dibawah umur berinisial WS (14) dan MK (15) terhadap korban, FF (14). Akibatnya, korban mengalami patah tulang di bagia rusuk yang mengharuskan operasi. Pelaku diadili di Pengadilan Negeri Cilacap dengan pidana 2 tahun dan 6 bulan.

  • Penganiyayaan

Seorang ayah berinisial RAP (29), warga Desa Blimbing, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, Jawa TImur (Jatim), tega menganiaya hingga membunuh anaknya berusia 3 tahun.  Peristiwa ini terjadi pada Minggu (12/5/2024), bermula saat korban inisial MAK diasuh oleh pelaku di dalam rumah sedangkan ibu korban berada di luar rumah, dan tiba-tiba pelaku mencekik korban di atas sofa ruang keluarga.

Tak hanya itu, korban juga ditindih dengan posisi tengkurap dan diduga sempat dibekap menggunakan bantal. Usai dianiaya, korban pun menangis. Aksi kekerasan ini, diketahui ibu korban setelah diminta mengambil pisau oleh pelaku.

Mengetahui hal tersebut, sang ibu langsung membawa anaknya ke puskesman namun sesampainya di sana, nyawa korban tidak tertolong. Berdasarkan hasil ponyelidikan, pelaku seorang pekerja migran diduga mengalami depresi dan baru 2 pekan kembali dari Taiwan. Saat ini, pelaku sudah ditahan oleh polisi.

Cara Mengatasi agar Tak Terjadi Kekerasan pada Anak

Dalam wawancara tim Pantau.com bersama Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga, Novita Tandry, pada Februari 2023, membahas soal sebagai individu kita harus siap lebih dulu sebelum pada akhirnya menikah dan memiliki anak. Menyiapkan diri dari berbagai sisi untuk menjadi orang tua itu penting,

"Berkembang baik dulu sebelum berkembang biak. Jadi artinya, kita berkembang dulu dengan baik, berkembang secara mental, fisik, finansial, spiritual, psikologis. Berkembang baik dulu sebelum memutuskan untuk menikah apalagi punya anak," kata Novita, Jumat (24/2/2023).

Sementara itu, anak melakukan kekerasan terhadap anak (bullying) bisa terjadi karena faktor pola asuh yang salah orang tua yang juga melakukan kekerasan terhadap anak, atau juga bisa jadi tidak ada kehadiran dari orang tua sehingga anak merasa kesepian dan akhirnya salah pergaulan.

"(Parenting) dengan kekerasan, bisa juga karena justru ketidakhadiran parenting. Faktor parenting bisa memegang peranan atau faktor yang kuat di dalam tumbuh kembang seorang anak. (Faktor lain) bisa dari faktor pertemanan, bisa dari tontonan, bisa dari permainan yang dilakukan misalnya game," jelasnya.

Lebih lanjut, cara mengatasi terjadinya kekerasan pun salah satunya bisa dilakukan melalui anger management. Emosi itu perlu adanya kecerdasan dalam mengelolanya.

"Marah ini harus ada kecerdasan bagaimana mengelola emosi kalau sekarang emosi tidak dipunyai kecerdasannya, keterampilannya. waktu marah akan eksplosif akan agresi akan menghancurkan destroying gitu loh. Destroying bukan hanya kepada si korban tapi juga nanti destroying kepada diri sendiri," ujar Novita.

"Terlalu banyak konsekuensi sanksi yang harus ditanggung dari ketidakmampuan mengelola amarahnya. (Anger management) kalau buat saya nomor satu," imbuhnya.

Berdasarkan keterangan dilansir pada Rabu (23/7/2024) dari Pengurus Lembaga Kemaslahatan Keluarga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LKK PBNU), Ervi Zidni el-Ma’ani, ada cara-cara lain yang bisa dilakukan agar tidak terjadi kekerasan. 

Pertama, orang tua harus bisa mencontohkan hal yang baik kepada anaknya, kemudian menjalin kedekatan dengan anak yakni membangun ikatan emosional antara orang tua dan anak sehingga anak bisa percaya dan nyaman.

Sebagai orang tua juga harus melakukan pengawasan terhadap anak, salah satu contohnya soal tontonan anak dan lingkungan pergaulannya. Menjauhkan tindak kekerasan di rumah seperti jangan sesekali anggota keluarga, terutama orang tua melakukan atau berbuat kasar di rumah. Sebab, akibat tindakan tersebut kemungkinan mereka pun akan menyelesaikan masalah dengan kekerasan.

Laporan: Nadiya Eva Amalia & Annisa Rahmawati

Penulis :
Firdha Riris
Editor :
Firdha Riris