
Pantau - Perum Bulog Cabang Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah menyerap sebanyak 500,802 ton gabah kering panen (GKP) dari petani di Kabupaten Bangka Selatan, yang setara dengan 246,087 ton beras.
Pembelian Langsung dari Petani Lokal
Kepala Perum Bulog Cabang Bangka, Akhmad Fahmi Yasin, menyampaikan bahwa proses pembelian GKP ini dilakukan langsung dari 100 petani yang tergabung dalam lima kelompok tani di Desa Rias, Bangka Selatan.
Hingga 11 April 2025, serapan ini baru mencapai 13,15 persen dari target yang ditetapkan Kantor Wilayah Sumatera Selatan-Babel, yaitu sebesar 3.807 ton GKP atau 2.594 ton beras.
Gabah yang dibeli kemudian dikeringkan dan diolah menjadi beras melalui kerja sama dengan empat mitra penggilingan padi lokal yang ada di Desa Rias.
Akhmad menjelaskan, “Hal ini berarti idealnya Bulog hanya membeli sekitar 10 persen produksi lokal. Akan tetapi, kondisi produksi real di lapangan belum terlalu banyak, sehingga target yang ditetapkan cukup tinggi.”
Sebelum adanya program penyerapan ini, petani umumnya memilih mengeringkan dan menyimpan gabah secara mandiri atau langsung menjualnya dalam bentuk beras.
Tantangan Penyerapan Gabah
Kebijakan pembelian GKP oleh Bulog dinilai sangat membantu petani karena memberikan harga yang lebih stabil dan menguntungkan.
Namun, proses penyerapan tidak lepas dari kendala, terutama karena kapasitas penggilingan yang belum memadai dan masih menyesuaikan dengan standar kualitas Bulog.
Distribusi beras hasil olahan dari petani ini masih menunggu arahan dari Badan Pangan Nasional.
Beberapa kendala utama yang dihadapi dalam proses penyerapan gabah di Bangka Selatan meliputi cuaca hujan yang berkepanjangan, padi yang dipanen sebelum waktunya, serta adanya campuran varietas beras merah dan putih.
Selain itu, kualitas GKP dari Bangka Selatan dinilai masih di bawah daerah sentra produksi seperti Sumatera Selatan dan Lampung.
Keterbatasan infrastruktur pengolahan seperti mesin pengering (dryer), lantai jemur, grader, dan penggilingan juga menjadi hambatan utama.
“Kendala lainnya yaitu biaya tenaga kerja yang tinggi juga turut menjadi tantangan dalam proses ini,” tambah Akhmad.
- Penulis :
- Pantau Community