Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Membangun Ekosistem Guru Pembelajar Sepanjang Hayat untuk Pendidikan yang Relevan dan Berdaya

Oleh Gian Barani
SHARE   :

Membangun Ekosistem Guru Pembelajar Sepanjang Hayat untuk Pendidikan yang Relevan dan Berdaya
Foto: Refleksi Hardiknas 2025: Guru harus jadi pembelajar sepanjang hayat untuk menghadapi tantangan zaman.

Pantau - Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2025 menjadi momen penting untuk merefleksikan arah pendidikan nasional, terutama dalam menjawab tantangan global dan kemajuan teknologi yang cepat berubah.

Keteladanan dan Adaptasi: Peran Sentral Guru

Guru berada di garis terdepan dalam membentuk generasi masa depan, dan dituntut untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat agar tetap relevan dan efektif.

Penelitian menunjukkan bahwa kualitas guru menyumbang 15–25 persen terhadap hasil belajar siswa, melebihi pengaruh kurikulum, kebijakan, atau fasilitas pendidikan.

Bahkan dengan sarana terbatas, guru yang inovatif dan reflektif dapat menciptakan pembelajaran yang berdampak.

Di era digital, siswa akrab dengan YouTube, podcast, dan game edukatif, sehingga guru perlu mengintegrasikan teknologi seperti Google Classroom, Microsoft Teams, atau Moodle dalam proses belajar mengajar.

Pembelajaran juga perlu disesuaikan dengan gaya dan kecepatan belajar siswa secara fleksibel dan personal.

Guru tidak cukup hanya menyampaikan pengetahuan, tetapi harus menjadi teladan yang menunjukkan sikap belajar, adaptif, dan responsif terhadap perubahan sosial, budaya, dan teknologi.

Jika tidak terus belajar, guru bisa tertinggal dengan metode yang sudah tidak sesuai dengan kebutuhan zaman.

Sistem Pendukung dan Kemitraan Berkelanjutan

Hingga April 2025, terdapat 5,5 juta guru di Indonesia, termasuk 829.970 guru madrasah, namun baru 1,27 juta di antaranya yang tersertifikasi hingga 2023.

Pemerintah perlu membangun infrastruktur digital secara merata, khususnya di wilayah 3T, termasuk pemetaan akses listrik, internet, dan kepemilikan perangkat digital oleh guru.

Kemitraan dengan perusahaan seperti Google, Microsoft, Gojek, dan Telkomsel dapat mempercepat penyediaan sarana tersebut.

MGMP perlu terus diperkuat sebagai ruang berbagi tantangan dan solusi antar guru secara kolektif.

Pelatihan guru juga harus dirancang berdasarkan need assessment, mengikuti dinamika teknologi dan kebijakan pendidikan terbaru.

Rujukan pelatihan bisa mengacu pada hasil riset seperti Dynamic Model dari Creemers & Kyriakides (2008) yang menekankan pembelajaran berdiferensiasi, berpikir kritis, lingkungan belajar bermakna, dan regulasi diri.

Kolaborasi antara sekolah/madrasah dengan perguruan tinggi, asosiasi profesi, LSM, dan dunia usaha juga menjadi kunci dalam pengembangan kapasitas guru.

Kolaborasi tersebut sebaiknya dilandasi semangat pengabdian, bukan semata berbasis proyek atau dana.

Langkah konkret seperti mengurangi beban administrasi guru diperlukan agar mereka punya waktu untuk mengembangkan diri dan komunitas profesinya.

Dengan dukungan dari pimpinan sekolah hingga pemerintah pusat berupa visi yang jelas, kebijakan yang mendukung, dan alokasi sumber daya yang cukup, maka komunitas guru pembelajar sepanjang hayat dapat terbentuk dan berkelanjutan.

Penulis :
Gian Barani