Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Hilirisasi dan TKDN Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Oleh Arian Mesa
SHARE   :

Hilirisasi dan TKDN Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Foto: Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita (sumber: Kemenperin)

Pantau - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa kebijakan hilirisasi, transformasi industri berbasis teknologi dan riset, serta peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) merupakan fondasi utama bagi pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.

"Dengan kombinasi kebijakan hilirisasi, peningkatan TKDN, serta transformasi industri berbasis teknologi dan riset, kami optimistis kinerja dan kontribusi ekonomi sektor industri manufaktur akan terus meningkat dan menjadi fondasi utama bagi pertumbuhan ekonomi nasional berkelanjutan," ujar Menperin.

Kebijakan tersebut ditujukan untuk memperkuat rantai pasok dan meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri.

Reformasi kebijakan TKDN telah dimulai sejak awal Januari 2025.

Tujuannya adalah menciptakan nilai tambah di dalam negeri, mengurangi ketergantungan terhadap impor, serta membuka lapangan kerja baru.

Hilirisasi dinilai sebagai langkah strategis untuk mengubah struktur ekonomi dari berbasis komoditas mentah menjadi produk dengan nilai tambah tinggi.

Kontribusi Signifikan terhadap Industri dan Ekspor

Kebijakan hilirisasi terbukti memberikan dampak luas terhadap perekonomian nasional, termasuk membuka lapangan kerja, menarik investasi, dan meningkatkan nilai ekspor.

Menurut data World Bank, peningkatan Manufacturing Value Added (MVA) turut mendorong posisi Indonesia di tingkat global sebagai negara manufaktur.

Pada tahun 2023, Indonesia masuk dalam 12 besar negara dalam kategori Manufacturing Countries by Value Added di dunia.

"Untuk terus memacu value added ini perlu kebijakan yang strategis, pro-bisnis dan pro-investasi, sehingga industri manufaktur kita semakin berdaya saing di kancah global," kata Agus.

Berdasarkan data World Bank, nilai MVA sektor manufaktur Indonesia pada tahun 2023 mencapai 255,96 miliar dolar AS atau sekitar Rp4,26 kuadriliun (kurs Rp16.634).

Angka tersebut meningkat 36,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 241,87 miliar dolar AS atau Rp4,02 kuadriliun.

Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa industri pengolahan nonmigas tumbuh sebesar 4,31 persen pada triwulan I tahun 2025.

Pertumbuhan tersebut terutama didukung oleh industri makanan dan minuman, yang mencatat kenaikan sebesar 6,04 persen.

Lonjakan ini didorong oleh tingginya permintaan selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri.

"Tren peningkatan kontribusi industri pengolahan nonmigas ini adalah sinyal positif bahwa upaya pemerintah dalam memperkuat struktur industri terus berjalan, karena untuk menciptakan industri yang terintegrasi dari hulu sampai hilir dan menghasilkan nilai tambah tinggi bagi perekonomian serta penyerapan tenaga kerja," pungkas Menperin.

Penulis :
Arian Mesa