Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Guru Besar UI Tekankan Regulasi Sosial-Ekologi untuk Cegah Overfishing dan Lindungi Pesisir

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Guru Besar UI Tekankan Regulasi Sosial-Ekologi untuk Cegah Overfishing dan Lindungi Pesisir
Foto: Guru Besar UI Tekankan Regulasi Sosial-Ekologi untuk Cegah Overfishing dan Lindungi Pesisir(Sumber: ANTARA/HO-Universitas Indonesia)

Pantau - Guru Besar Universitas Indonesia (UI) bidang Geografi Manusia, Lingkungan, dan Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) Pesisir dan Laut, Prof Dewi Susiloningtyas, menekankan pentingnya regulasi dalam sistem sosial dan ekologi untuk mencegah eksploitasi berlebihan atau overfishing terhadap sumber daya laut Indonesia.

“Sistem ekologi adalah semua sumber daya alam dari jasa ekosistem yang dimanfaatkan oleh manusia. Interaksi kedua sistem ini memerlukan regulasi agar tidak terjadi pemanfaatan yang berlebihan,” ungkap Prof Tyas dalam keterangannya.

Ia menjelaskan bahwa sistem sosial-ekologi mencakup konektivitas spasial antara unit fisik, biologi, dan geografi yang saling terhubung dengan aktor sosial serta institusi terkait.

Struktur sosial meliputi nilai-nilai, perilaku, tingkat pengetahuan, teknologi, serta jumlah individu atau komunitas yang memanfaatkannya.

Potensi Laut Indonesia Harus Diatur Demi Ketahanan Pangan

Prof Tyas menyoroti bahwa potensi kekayaan laut Indonesia sangat besar, terbentang sepanjang garis pantai ±99.093 kilometer, namun juga sangat rentan terhadap eksploitasi berlebihan.

Eksploitasi yang tidak terkontrol dapat berdampak serius terhadap ketahanan pangan dan mata pencaharian jutaan warga yang bergantung pada sektor kelautan.

“Oleh karena itu, konsep geografi manusia penting untuk mengatur ruang dan masyarakat, serta mengkaji interaksi antara tempat dan ruang. Peran manusia sebagai aktor perubahan lingkungan dapat menjelaskan dampak aktivitas manusia terhadap permukaan bumi, termasuk dampak wilayah pesisir dan laut terhadap aktivitas manusia,” jelasnya.

Gunakan Model ABM untuk Pengelolaan Pesisir Berkelanjutan

Sebagai solusi penguatan sistem sosial-ekologi, Prof Tyas menyarankan penggunaan konsep Agent-Based Model (ABM) atau Pemodelan Berbasis Agen dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut.

Model ini memungkinkan penyesuaian kebijakan berdasarkan perilaku pelaku kegiatan, dinamika sosial, serta kondisi lingkungan.

Konektivitas sosial-ekologi dapat ditingkatkan melalui penetapan prioritas kebijakan dan tanggung jawab yang jelas bagi semua pelaku kegiatan di wilayah pesisir.

“Kegiatan pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut akan berpengaruh terhadap keberlanjutan sumber daya. Hal ini karena adanya kerentanan kerusakan ekologi pada critical area yang merupakan habitat dari sebagian besar sumber daya, yang menjadi ketergantungan kehidupan masyarakat pesisir,” tutupnya.

Penulis :
Ahmad Yusuf