billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Bonnie Triyana: Gedung DPR RI Warisan Spirit Conefo dan Simbol Perlawanan Dunia Ketiga

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Bonnie Triyana: Gedung DPR RI Warisan Spirit Conefo dan Simbol Perlawanan Dunia Ketiga
Foto: (Sumber: Diskusi Dialektika Demokrasi bertajuk "Spirit Conefo dan Relevansinya dengan Masa Kini" yang digelar di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (24/7/2025). ANTARA/Melalusa Susthira K.)

Pantau - Anggota Komisi X DPR RI Bonnie Triyana menegaskan bahwa Gedung DPR RI bukan sekadar bangunan parlemen, melainkan simbol dari gagasan besar menciptakan tatanan dunia baru yang lebih adil dan bebas dari penindasan.

Gedung DPR RI dan Warisan Geopolitik Global Bung Karno

Pernyataan tersebut disampaikan Bonnie dalam diskusi Dialektika Demokrasi bertajuk Spirit Conefo dan Relevansinya dengan Masa Kini yang digelar di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, pada Kamis (24/7/2025).

“Gedung ini adalah perwujudan dari spirit anti-penindasan, spirit kesetaraan. Gagasan besar untuk menciptakan tatanan dunia baru,” ungkapnya.

Bonnie menjelaskan bahwa gedung parlemen Indonesia awalnya dibangun untuk menjadi lokasi penyelenggaraan Conference of the New Emerging Forces (Conefo), forum internasional yang diinisiasi oleh Presiden Soekarno.

Conefo dimaksudkan untuk menjadi wadah solidaritas negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin yang ingin membebaskan diri dari dominasi blok Barat dan Timur.

Ia menyebut bahwa semangat Conefo tidak bisa dilepaskan dari Konferensi Asia-Afrika (KAA) tahun 1955, yang menjadi fondasi terbentuknya Gerakan Tiga Benua pada 1966.

“Jadi bisa dibayangkan Gedung DPR ini bagian yang melekat dengan pertauran geopolitik dunia saat itu untuk menciptakan tatanan dunia baru,” ujarnya.

Bonnie menekankan bahwa sejarah pembangunan Gedung DPR RI mengandung nilai simbolis yang besar dalam sejarah perlawanan global terhadap imperialisme dan kolonialisme.

Mengembalikan Ingatan Sejarah ke Ruang Publik

Dalam diskusi yang sama, Bonnie juga mengajak publik untuk mengembalikan konteks sejarah ke dalam ruang-ruang publik agar warisan perjuangan tidak hilang makna.

Ia menyayangkan bahwa banyak masyarakat hanya mengenal bangunan atau tokoh sejarah tanpa memahami perjuangan dan gagasan besar di baliknya.

“Ini saatnya mengembalikan ingatan-ingatan itu ke ruang publik sehingga kita bisa memberikan makna lagi pada bangunan-bangunan sejarah,” ia mengungkapkan.

Sementara itu, sejarawan Universitas Gadjah Mada (UGM) Wildan Sena Utama turut hadir sebagai narasumber dalam diskusi tersebut.

Wildan menyatakan bahwa rencana penyelenggaraan Conefo merupakan bagian dari strategi politik internasional Presiden Soekarno dalam membentuk keseimbangan baru di tengah Perang Dingin.

Menurutnya, Conefo adalah refleksi dari aspirasi negara-negara dunia ketiga yang ingin memiliki suara setara dalam percaturan global.

“Jadi untuk itulah menurut saya bangunan di DPR ini maknanya sangat besar bukan hanya bagi sejarah Indonesia, tapi juga bagi sejarah (negara) dunia yang ketiga,” ujar Wildan.

Penulis :
Aditya Yohan