billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Puan Maharani Tegaskan Cita-Cita Demokrasi Bukan Campur Tangan Maupun Buah Tangan

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Puan Maharani Tegaskan Cita-Cita Demokrasi Bukan Campur Tangan Maupun Buah Tangan
Foto: (Sumber: Ketua MPR Ahmad Muzani (kiri) bersama Ketua DPR Puan Maharani (kedua kanan) dan Ketua DPD Sultan Bachtiar Najamudin (kanan) menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR-DPD RI Tahun 2025 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (15/8/2025). ANTARAFOTO/Rivan Awal Lingga/app/rwa. (ANTARA FOTO/RIVAN AWAL LINGGA))

Pantau - Ketua DPR RI, Puan Maharani, menegaskan bahwa cita-cita demokrasi Indonesia adalah menjunjung tinggi supremasi suara rakyat, bukan demokrasi yang dikendalikan oleh campur tangan kekuasaan maupun buah tangan kekuatan tertentu.

Puan menyebut demokrasi ideal harus memberikan kesempatan yang setara kepada semua warga negara agar mampu menghidupkan harapan rakyat secara adil dan merata.

"Demokrasi dalam pemilu kita saat ini tidak hanya ditentukan oleh garis tangan, tapi juga sering dipengaruhi campur tangan dan buah tangan," ungkap Puan.

Demokrasi Harus Diperbaiki dan Tidak Hanya Milik Elite

Menurut Puan, setiap orang memang memiliki nasib dan kesempatan dari Tuhan, namun tidak semua punya kemampuan yang sama untuk memengaruhi arah demokrasi secara nyata.

Ia menyebut kondisi ini sebagai bentuk kritik dan otokritik terhadap sistem demokrasi dalam pemilu yang ada sekarang.

Puan menekankan bahwa demokrasi tidak boleh berhenti di bilik suara saja.

Ia mendorong agar demokrasi terus tumbuh di ruang-ruang dialog seperti dapur rakyat, balai desa, hingga gedung parlemen, agar keputusan politik lahir dari kesadaran bersama, bukan hanya kesepakatan elite.

Rakyat, menurutnya, harus diberi ruang luas untuk berserikat, berkumpul, menyatakan pendapat, dan menyampaikan kritik secara bebas.

Kritik Kreatif Rakyat Perlu Didengar

Puan juga menyoroti bahwa bentuk kritik rakyat kini semakin kreatif, memanfaatkan teknologi dan media sosial sebagai medium ekspresi.

Beberapa contoh yang ia sebut antara lain kalimat “kabur aja dulu”, sindiran “Indonesia Gelap”, lelucon politik “negara Konoha”, hingga penggunaan simbol seperti bendera One Piece.

Ia menegaskan bahwa sekuat apa pun visi dan integritas partai, jika sistem politik dan pemilu tidak mendukung kedaulatan rakyat, maka suara rakyat akan mudah terdistorsi.

Puan mengingatkan bahwa tantangan ke depan adalah memastikan sistem pemilu benar-benar mewakili kehendak rakyat dalam memilih wakil dan pemimpinnya.

Penulis :
Ahmad Yusuf