billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Imron Amin Kecam TRANS7 atas Tayangan yang Dinilai Menghina Pesantren Lirboyo dan Kiai Anwar Manshur

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Imron Amin Kecam TRANS7 atas Tayangan yang Dinilai Menghina Pesantren Lirboyo dan Kiai Anwar Manshur
Foto: (Sumber: Anggota Komisi XI DPR RI, Imron Amin. Foto: Mario/vel.)

Pantau - Anggota Komisi XI DPR RI, Imron Amin, melayangkan kecaman keras terhadap stasiun televisi nasional TRANS7 atas penayangan segmen dalam program Xpose Uncensored yang dinilai menyudutkan Pondok Pesantren Lirboyo dan sosok Kiai Haji Anwar Manshur.

Kalimat yang menjadi sorotan dalam tayangan tersebut adalah "Santrinya Minum Susu Aja Kudu Jongkok, Emang Gini Kehidupan Pondok?" yang dianggap sebagai bentuk perendahan terhadap kehidupan pesantren dan penghinaan terhadap nilai-nilai keagamaan.

Imron menegaskan bahwa media massa seharusnya menjadi sarana pencerdasan bangsa, bukan justru menyebarkan konten yang berpotensi menyinggung keyakinan masyarakat.

Ia meminta Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk segera bertindak tegas terhadap tayangan tersebut.

"KPI tidak boleh tinggal diam. Hentikan programnya dan audit Trans7," ungkapnya.

Sejarah Peran Santri dalam Kemerdekaan Diabaikan

Imron menyatakan bahwa pernyataan dalam tayangan itu menunjukkan ketidaktahuan terhadap peran penting pesantren dan santri dalam sejarah perjuangan bangsa.

Ia mengingatkan bahwa sejak peristiwa 10 November 1945, santri dan kiai telah menjadi bagian penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan setelah KH. Hasyim Asy’ari mengeluarkan Resolusi Jihad.

Selain itu, terbentuknya laskar rakyat seperti Hizbullah dan Sabilillah membuktikan keterlibatan aktif kalangan pesantren dalam pertempuran, termasuk di Srondol dan Ambarawa.

Imron juga menyinggung sosok KH. Zainal Mustofa dari Tasikmalaya yang memimpin perlawanan bersenjata terhadap penjajah Jepang dan gugur sebagai pahlawan.

Ia menyebut peran KH. Wahid Hasyim sebagai tokoh penting dalam merumuskan dasar negara yang menjembatani nilai-nilai Islam dan semangat nasionalisme.

Ia menambahkan bahwa organisasi seperti NU dan Muhammadiyah turut berperan besar dalam mobilisasi masyarakat selama perjuangan kemerdekaan.

Pesantren disebutnya tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga markas perjuangan dan tempat pengkaderan pemimpin perlawanan.

Imron Minta Media Hormati Simbol Keagamaan

Imron menegaskan bahwa fatwa jihad dari KH. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945 adalah bukti nyata kontribusi spiritual pesantren dalam perjuangan bangsa.

"Dari semua perjuangan yang saya jabarkan, apakah Trans7 sudah melupakan Kiai dan Santri terhadap perjuangan Kemerdekaan RI? Apakah pantas Kiai dan Santri dihinakan seperti itu?" tegasnya.

Ia berharap kasus ini menjadi pelajaran agar media lebih berhati-hati dan menghormati simbol-simbol keagamaan.

Terkait permintaan maaf dari pihak TRANS7, Imron menilai hal itu belum cukup untuk menebus dampak dari tayangan tersebut.

Ia mengungkapkan bahwa Komisi I DPR akan segera memanggil Kementerian Informasi dan Digital (Komdigi) serta KPI guna meminta klarifikasi atas insiden ini.

Penulis :
Aditya Yohan