
Pantau - Tim Ekspedisi Patriot dari Kementerian Transmigrasi (Kementrans) memberikan pelatihan kepada para transmigran lokal di kawasan Rempang Eco City, Batam, Kepulauan Riau, untuk mengelola lahan pekarangan menjadi sumber produktivitas ekonomi.
Pelatihan ini bertujuan agar warga dapat memanfaatkan pekarangan rumah untuk bercocok tanam dengan nilai ekonomi tinggi.
Menteri Transmigrasi, M Iftitah Sulaiman Suryanagara menyatakan bahwa pelatihan ini menjadi bekal praktis bagi masyarakat dalam mengelola pekarangan secara optimal.
"Ada empat tanaman yang kami berikan, nanti (para transmigran) dapat pupuknya juga. Ada nangka, lengkeng, mangga, dan satu lagi jambu air," ungkapnya.
Selain tanaman buah, para peserta juga dilatih menanam sayuran seperti cabai dan kangkung agar pekarangan lebih produktif.
Pelatihan Berbasis Riset dan Dukungan Akademik
Pelatihan ini disusun berdasarkan hasil riset Tim Ekspedisi Patriot dari IPB University dan berlangsung selama sepuluh hari.
Materi yang disampaikan mencakup teknik bercocok tanam, pengelolaan pupuk, serta strategi menjaga kualitas tanah.
Selain pelatihan pertanian, Kementrans juga menyiapkan program pelatihan lanjutan bagi kelompok nelayan, termasuk teknik penangkapan ikan modern dan sistem bioflok untuk meningkatkan hasil tangkapan.
"Kementerian Transmigrasi itu sekarang objeknya yang akan ditransformasikan adalah pertama lahan, yang kedua adalah (sumber daya) manusianya, bagaimana supaya lebih produktif," jelas M Iftitah.
Tantangan di Lapangan dan Upaya Solusi
Putri (23), anggota Tim Ekspedisi Patriot dari Jurusan Peternakan Universitas Padjadjaran (Unpad), menyebut bahwa timnya sedang menyusun model desain komoditas unggulan di sektor pertanian dan peternakan.
Ia menambahkan bahwa tim secara aktif berdialog dengan masyarakat, pemerintah daerah, dan otoritas setempat untuk menggali solusi atas kendala di lapangan.
"Semoga semua masalah yang ada di sini terselesaikan lebih cepat, dan percepatan ekonominya semoga mulai bertumbuh, karena kami lihat banyak sekali permasalahan baik itu sosial, politik, budaya, dan ekonomi yang ada," ia mengungkapkan.
Salah satu tantangan utama adalah status lahan yang sepenuhnya milik pemerintah, sehingga kegiatan pertanian belum memiliki legalitas yang jelas.
Anna (20), anggota tim dari Jurusan Keperawatan Unpad, menyampaikan bahwa timnya juga melakukan survei atas lahan dan kegiatan peternakan yang telah dikembangkan di Pulau Batam.
"Terkait tantangan, berhubungan dengan aktivitas (pertanian), itu lebih ke lahannya. Tanahnya tuh (jenis) tanah bauksit gitu. Jadi harus ada penggemburan dan ada pengelolaan terlebih lebih dahulu (sebelum ditanami)," jelasnya.
Program ini diharapkan menjadi awal dari transformasi ekonomi masyarakat transmigran lokal di Rempang melalui sektor pertanian dan perikanan yang berkelanjutan.
- Penulis :
- Shila Glorya








