
Pantau.com - Wakil Presiden RI Jusuf Kalla singgung kepemimpinan otoriter dan nepotisme yang dilakukan oleh Mantan Presiden RI di masa orde baru, Soeharto. Ia juga mengatakan saat ini ekonomi dikuasai oleh kalangan terbatas.
"Pemerintahannya otoriter dan nepotisme, otoriter Pak Harto 30 tahun, kemudian ekonomi banyak dikuasai orang terbatas. Maka jatuhlah Pak harto, apa ini terjadi di Indonesia," ujarnya saat menjadi pembicara dalam CNBC Economic Outlook 2019 di Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (28/2/2019).
Baca juga: Soal Kepemilikan Lahan Prabowo, JK: Tidak Ada yang Salah, Saya yang Kasih Izin
Ia membandingkan dengan Presiden Joko Widodo yang menurutnya jauh dari otoriter dan nepotisme. Salah satunya kata dia saat memutuskan kebijakan Jokowi selalu menggelar rapat terlebih dahulu.
"Saya jamin pengalaman 4 tahun dengan Jokowi, beliau tidak kepikiran otoriternya, yang repot kita apa aja dirapatkan. Sampah aja dirapatkan, rapat dua-tiga kali, apalagi soal pertumbuhan, madang kadang Menkeu sibuk mencatat sampai lupa. Kalau Pak Harto sebulan sekali rapat," katanya.
"Artinya beliau tidak pernah berpikir otoriter semua keputusan dia rapatkan. Kalau otoriter mana ada rapat? Oh ambil aja langsung keputusannya," imbuhnya.
Selian itu kata dia, Jokowi juga dianggap tak memanfaatkan jabatan untuk kepentingan mengangkat kerabat atau keluarga masuk ke pemerintahan.
"Apakah beliau berpikir nepotisme? Zaman dulu kalau anak menteri, anak presiden tidak ikut bisnis pemerintah itu gak benar kan. Sekarang anak kita muncul ke kantor sudah dibicarakan 'ada urusan apa itu?' Apalagi yang anak Pak Jokowi, satu jual martabak satu jual pisang goreng. Jadi mana mungkin dia terlibat dalam ekonomi pemerintahan. Saya jamin anda disini," katanya.
Baca juga: Kata JK Soal Ramai Tudingan Jokowi Pakai Earpiece saat Debat Capres
JK memastikan bahwa kedepannya kepemimpinan akan tetap seperti ini jika Jokowi memimpin. Ia berkelakar tidak tahu bagaimana keadaannya jika kepemimpinan berganti atau dia menyebutkan 'yang sebelah'.
"Apabila Pak Jokowi menang tentu akan terus saja begini, enggak usah khawatir, enggak usah ke Singapura. Kalau yang sebelah saya tidak tau," ujarnya disambut gelak tawa peserta yang hadir.
"Kita tidak bisa bicara apa yang kita tidak tahu kan. Kan bahaya kan," kembali disambut tawa.
- Penulis :
- Sigit Rilo Pambudi