
Pantau.com - Pakar komunikasi politik dari STIKOM Semarang Suryanto menyebut manuver Partai NasDem dengan mendekati PKS dan sejumlah parpol oposisi lain merupakan isyarat partai tersebut akan mengambil sikap politik secara dua kaki. Hal itu pernah dilakukan oleh Partai Amanat Nasional ketika era pemerintahan Jokowi-JK.
"Padahal jauh sebelum Pemilu 2019, partai pertama yang mengusung Jokowi sebagai presiden adalah Partai NasDem, baru partai-partai yang lain kemudian bergabung," kata Suryanto di Malang, Senin (4/11/2019).Baca Juga: Jurus Politik Abu-abu Dimainkan Partai NasDem
Suryanto menilai bibit perpecahan di tubuh koalisi pemerintahan muncul ke permukaan, mulai dari ketidakharmonisan hubungan Surya Paloh dan Megawati hingga berlanjut dengan manuver politik NasDem dengan bersafari ke beberapa partai oposisi.
Surya Paloh masih terus melakukan manuver politik ke beberapa parpol yang menyatakan sebagai partai oposisi. Bahkan, kata Suryanto, usai pertemuan dengan PKS, Ketua Umum DPP NasDem Surya Paloh dengan tegas bicara soal check and balance dalam demokrasi.
Baca Juga: NasDem Asyik Bersafari, Pengamat: Situasi Politiknya Kurang Menguntungkan
Lebih lanjut, Suryanto menduga NasDem, yang saat ini berada dalam koalisi pemerintahan, berada dalam kubu yang berseberangan. Apalagi, Surya Paloh dengan tegas menyebut bahwa NasDem bisa berada di luar pemerintahan.
"Jika demikian yang terjadi, itu berarti Partai NasDem akan berdiri di dua kaki," tuturnya.
Jika kondisi seperti itu, menurut Suryanto tentu akan berdampak negatif bagi jalannya pemerintahan. Contoh konkret ketika PAN pada masa pemerintahan Jokowi-Kalla yang menjadikan partai ini sebagai duri dalam daging.
- Penulis :
- Bagaskara Isdiansyah