Pantau Flash
HOME  ⁄  News

Mengenang BJ Habibie: Pelopor Teknologi dan Industri Pesawat Terbang Indonesia

Oleh Aditya Andreas
SHARE   :

Mengenang BJ Habibie: Pelopor Teknologi dan Industri Pesawat Terbang Indonesia
Foto: Bacharuddin Jusuf Habibie.

Pantau - Bacharuddin Jusuf Habibie, yang dikenal luas sebagai BJ Habibie, lahir pada 25 Juni 1936 di Parepare, Sulawesi Selatan. 

Ia menempuh pendidikan tinggi di Institut Teknologi Bandung (ITB) sebelum melanjutkan studi di Jerman. Habibie meraih gelar insinyur dan doktor dalam bidang teknik penerbangan dari Rheinisch-Westfälische Technische Hochschule Aachen.

Karier Habibie di bidang teknologi penerbangan dimulai di Jerman, di perusahaan Messerschmitt-Bölkow-Blohm, di mana ia terlibat dalam pengembangan pesawat terbang. 

Keahlian dan pengalamannya di Eropa kemudian menjadi fondasi kuat saat ia kembali ke Indonesia pada tahun 1974, atas permintaan Presiden Soeharto.

Sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Habibie mendirikan Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang sekarang dikenal sebagai PT Dirgantara Indonesia. 

Di bawah kepemimpinannya, IPTN berhasil mengembangkan berbagai jenis pesawat, termasuk N-250, pesawat turboprop pertama buatan Indonesia yang diluncurkan pada tahun 1995.

Habibie juga berperan penting dalam pembentukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan mempromosikan pengembangan teknologi nasional. 

Visi dan dedikasinya dalam bidang teknologi menjadikannya sosok utama dalam industrialisasi dan modernisasi teknologi di Indonesia.

BJ Habibie juga sempat menjabat sebagai Presiden Indonesia ketiga pada tahun 1998-1999, setelah era reformasi. 

Meskipun masa kepresidenannya sangat singkat, namun Habibie mampu menelurkan sejumlah kebijakan yang membentuk pemerintahan Indonesia lebih demokratis.

Salah satu prestasi yang ia torehkan selama menjadi Presiden RI, yakni mampu menguatkan nilai tukar rupiah hingga Rp6.500/USD. Suatu hal yang tidak mampu disamai oleh presiden Indonesia berikutnya.

Habibie meninggal dunia pada 11 September 2019, namun visinya terus menginspirasi generasi penerus bangsa.

Penulis :
Aditya Andreas
Editor :
Muhammad Rodhi