
Pantau - Tewasnya tujuh remaja di Kali Bekasi, Jawa Barat, yang diduga melompat ke sungai saat menghindari patroli kepolisian, menimbulkan pertanyaan terkait pendekatan aparat terhadap masyarakat, khususnya remaja.
Meskipun pihak kepolisian menegaskan bahwa patroli yang dilakukan sesuai dengan standard operational procedure (SOP), insiden ini memperlihatkan adanya gap komunikasi dan persepsi antara aparat dan warga.
Kombes Ade Ary Syam Indradi, Kabid Humas Polda Metro Jaya, menyatakan bahwa empat remaja berhasil diselamatkan oleh tim patroli presisi, dan langkah tersebut dilakukan sebagai upaya perlindungan kemanusiaan. Namun, peristiwa ini menyoroti pentingnya pendekatan yang lebih persuasif dan edukatif dalam berinteraksi dengan remaja, yang sering kali merasa cemas atau takut berlebihan saat bertemu polisi.
Ahli kriminologi dan pengamat sosial menilai bahwa meskipun patroli bertujuan menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, penanganan yang lebih empatik dan proaktif perlu diterapkan, terutama dalam situasi yang melibatkan anak muda. Ketakutan yang dirasakan para remaja hingga menyebabkan tindakan fatal ini menunjukkan bahwa mungkin ada persepsi negatif atau rasa ketidakamanan yang dirasakan oleh masyarakat ketika berhadapan dengan otoritas.
Baca Juga:
5 Jasad Mengambang di Kali Bekasi Berhasil Diidentifikasi, Polisi Bakal Serahkan ke Keluarga Hari Ini
"Patroli yang dilakukan secara rutin penting untuk menjaga ketertiban, tetapi harus dibarengi dengan pendekatan yang lebih mendekatkan polisi dengan masyarakat, sehingga ada kepercayaan, bukan ketakutan," ujar salah seorang pengamat.
Kasus ini seharusnya menjadi momentum bagi aparat untuk mengevaluasi cara mereka berinteraksi dengan masyarakat, terutama kalangan remaja yang rentan. Selain memastikan keamanan melalui patroli, polisi juga harus fokus pada membangun rasa aman di hati warga agar kejadian tragis seperti ini tidak terulang.
- Penulis :
- Ahmad Ryansyah