
Pantau - 9 September 1948 merupakan Pekan Olahraga Nasional (PON) I yang digelar di Solo, Jawa Tengah. PON I ini diadakan ketika Indonesia dilarang mengikuti ajang Olimpiade London 1948.
Larangan tersebut disebabkan oleh 3 alasan. Pertama, Indonesia tidak terdaftar sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Baca Juga: Full Pembukaan PON XXI di Banda Aceh
Kedua, Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) sebagai induk seluruh cabang olahraga di Indonesia kala itu belum terdaftar sebagai anggota resmi International Olympic Commitee (IOC).
Ketiga, Inggris menolak paspor Indonesia. Karena Inggris juga menwarakan Indonesia untuk gunakan paspor Belanda agar bisa berlaga di Olimpiade 1948, namun pada akhirnya usulan tersebut ditolak.
Dikutip dari artikel Antara “PON 1948, Haornas dan Desain Besar Olahraga Nasional” oleh Aldi Sultan 8 September 2021, dihadapkan situasi yang tidak menguntungkan seperti ini, Indonesia akhirnya memilih tidak berpartisipasi di Olimpiade dan membuat pesta olahraga sendiri di Indonesia.
Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) saat itu yang menerima kenyataan ini selanjutnya berencana membuat Pekan Olahraga Nasional pada 9-12 September 1948 di Surakarta.
Pada PON pertama ini, cabang yang dipertandingkan antara lain atletik, bola keranjang, bulu tangkis, tenis, renang, sepak bola, panahan, bola basket dan pencak silat.
Pergelaran pertamanya PON tidak bisa diikuti oleh semua atlet yang berasal dari luar pulau Jawa dikarenakan blokade yang diberlakukan oleh Belanda.
Baca Juga: Jaga Keamanan Selama Gelaran PON XXI 2024, Polisi Gunakan CCTV Pendeteksi Wajah
Tercatat ada 13 kontingen yang mengikuti PON 1948 ini yaitu Surakarta, Yogyakarta, Kediri, Bandung, Madiun, Magelang, Malang, Semarang, Pati, Jakarta, Kedu, Banyuwangi dan Surabaya.
Pada akhir pergelaran ini, Surakarta berhasil menjadi juara umum, disusul Yogyakarta di peringkat dua dan Kediri yang berada di posisi ketiga.
Presiden Soeharto menetapkan 9 September sebagai Hari Olahraga Nasional pada 1983.
Sumber: ANTARA
- Penulis :
- Kaorie Zeto Hapki
- Editor :
- Ahmad Munjin