
Pantau.com - Di tengah wabah COVID-19 banyak negara dibayangi resesi ekonomi. Terbaru, Amerika Serikat masuk ke jurang resesi, Singapura hingga Korea Selatan.
Untuk di Indonesia, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2020 masih menunjukan positif. Kendati kuartal II-2020 akan negatif, pemerintah pun memprediksi bahwa kuartal III-IV 2020 kembali pulih.
Hingga saat ini banyak yang prediksi Indonesia akan menyentuh level resesi. Namun, tahukah sobat pantau apa resesi itu?
Mengutip dari Business Insider, resesi merupakan penyebaran penurunan ekonomi yang signifikan di seluruh sektor ekonomi yang berlangsung lebih dari beberapa kuartal.
Baca juga: Kemenkeu Minta Masyarakat Tak Khawatir dengan Resesi Ekonomi
Menurut pemikiran yang dipopulerkan ekonom Julius Shiskin di 1974, istilah resesi biasanya didefinisikan sebagai periode ketika produk domestik bruto (PDB) menurun selama dua kuartal berturut-turut. Tetapi pada kenyataannya, ada banyak indikator yang menentukan apakah suatu negara sedang dalam resesi atau tidak.
Adapun cara yang lebih baik untuk memahami bagaimana para ahli mendefinisikan resesi, Biro Riset Ekonomi Nasional (NBER) - kelompok riset swasta dan nirlaba yang bertanggung jawab untuk melacak tanggal awal dan akhir resesi AS - menawarkan serangkaian indikator ekonomi yang lebih luas. Itu mencakup tingkat pekerjaan, pendapatan domestik bruto ( GDI), penjualan grosir-eceran, dan produksi industri.
Dalam resesi, akan ada efek gabungan dengan beberapa cara berbeda. Contohnya, klaim pengangguran naik, kebiasaan belanja berubah, penjualan melambat, dan peluang ekonomi berkurang.
Jadi dalam praktiknya, resesi ditandai tidak hanya oleh penurunan PDB riil. Namun juga penurunan pendapatan pribadi riil, penurunan penjualan dan produksi manufaktur, dan kenaikan tingkat pengangguran.
Baca juga: AS Resesi! Ekonomi Anjlok 32 Persen Terburuk Sepanjang Sejarah
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, yakin pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 0 persen pada 2020. Hal ini seiring pemulihan akan terjadi pada kuartal III dan IV.
"Untuk pemulihannya juga sangat tergantung pada penanganan COVID-19, terutama semester II yaitu kuartal III dan IV ini," ujar Sri Mulyani.
Menurut hitung-hitungannya, jika kedua faktor tersebut berjalan sesuai harapan, bisa jadi perekonomian di paruh kedua tahun ini masih bisa selamat dari zona negatif. "Dengan proyeksi ekonomi di kuartal III berada di rentang 0 persen sampai tumbuh 0,4 persen, serta kuartal IV pertumbuhan ekonomi bisa mencapai antara 2 persen sampai 3 persen," tambah Sri Mulyani.
"Kalau penanganannya efektif dan berjalan seiring pembukaan aktivitas ekonomi, maka ekonomi bisa recovery di kuartal III dengan positif growth 0,4%, dan pada kuartal IV akan akselerasi ke 3 persen. Sehingga total perekonomian kita masih bisa tumbuh positif di atas 0% di tahun ini," tuntasnya.
- Penulis :
- Tatang Adhiwidharta





