
Pantau.com - Ramainya perbincangan terkait kepulangan Habib Rizieq Shihab ke Tanah Air oleh Ketum FPI Ahmad Shabri Lubis yang mengatakan akan ada revolusi membuat Ketua Umum PA 212 Slamet Maarif angkat bicara.
Seperti diketahui, Ketum FPI itu menyebut Habib Rizieq akan segera pulang ke Indonesia dan memimpin revolusi. Hal itu dikatakan saat aksi menolak UU Ciptaker di Patung Kuda, Selasa, 3 Oktober silam. Menurut Slamet Maarif, pernyataan revolusi oleh Ketum FPI itu membuat kehebohan di publik, bahkan di Istana.
"Penyataan itu (revolusi) memang membuat gentar dan menghebohkan sampai Istana 'bergoyang-goyang' dengan kalimat revolusi. Padahal kalimat revolusi itu sudah sering diucapkan. Bahkan Pak Jokowi sendiri itukan jargonnya revolusi mental," jelas Slamet dalam YouTube Front TV, dikutip Pantau.com, Senin (19/10/2020).
Baca juga: PA 212 Soal RUU HIP: Cabut dari Prolegnas dan Proses Hukum Inisiatornya
Oleh karena itu, Slamet menegaskan perlu dilihat dari sisi bahasa soal revolusi yang dilontarkan oleh Ahmad Shabri. Menurut Slamet, maksud dari revolusi yang akan dipimpin oleh Habib Rizieq adalag revolusi akhlak.
"Kalau kita melihat kamus bahasa Indonesia maka revolusi itu perubahan yang cepat. Kita ingin bangsa dan negara ini ada sebuah perubahan secara menyeluruh dalam waktu yang singkat karena kezaliman di negeri ini itu sudah luar biasa yang menyengsarakan rakyat Indonesia. Tapi tentunya, kita ingin perubahan secara damai dan mengarah kepada akhlakul karimah," kata Slamet.
"Jadi ingat, kalau Jokowi punya semboyan revolusi mental yang dulu pernah digaungkan oleh kaum komunis maka hari ini Habib Rizieq akan menggaungkan revolusi akhlak yang diambil dari nilai-nilai Islam. Tentunya, revolusi akhlak ini, perubahan menyeluruh ini, untuk melawan kezaliman ini akan berlangsung secara damai, secara konstitusional, dan tidak melanggar hak asasi manusia."
- Penulis :
- Noor Pratiwi