Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Pengungsi Rohingya Mungkin Kini Lebih Mengenal Aceh

Oleh Widji Ananta
SHARE   :

Pengungsi Rohingya Mungkin Kini Lebih Mengenal Aceh

Pantau.com - Warga Desa Lancok berhasil menolong sekitar 100 pengungsi Rohingya yang terombang-ambing di atas perahu mereka di perairan Aceh Utara pekan lalu. Para pengungsi meminta disiapkan perahu yang bagus karena mereka sebenarnya ingin ke Australia.

Hingga saat ini, para pengungsi telah mendapatkan bantuan makanan dari warga yang berada di Kecamatan Syamtalira Bayu, Kabupaten Aceh Utara. Namun sebagian di antara mereka masih memerlukan bantuan medis setelah berada di lautan selama lima bulan.

Menurut Rima Shah Putra dari LSM Yayasan Geutanyoe di Aceh, sejumlah pengungsi perempuan mengalami masalah higienis dan gatal-gatal, katanya saat dihubungi, seperti dilansir dari ABC News, Rabu (1/7/2020). Pihak berwenang juga telah melakukan tes virus korona dan dari hasilnya dipastikan tidak ada yang tertular. Sebanyak 79 pengungsi di antaranya kaum perempuan dan anak-anak yang kini ditampung sementara di salah satu fasilitas imigrasi.


Perahu yang membawa sekitar 100 pengungsi Rohingya ke pesisir Seunuddon, Aceh Utara, pada Rabu (24/06), setelah nelayan setempat menemukan mereka terombang-ambing di atas perahu reyot sekitar 6 km dari pantai. (Foto: AP/Zik Maulana via ABC News)

Menurut Rima, para nelayan setempat melakukan upaya pertolongan bagi para pencari suaka karena pertimbangan hukum adat, yang mewajibkan mereka membantu siapa pun yang mengalami kesulitan di lautan.

Bupati Aceh Utara, Muhammad Thaib, seperti dikutip oleh media setempat, mengatakan para pencari suaka Rohingya menyatakan keinginan mereka melakukan perjalanan ke Australia. "Sebelumnya kami telah berkomunikasi dengan warga Rohingya menggunakan penerjemah. Mereka meminta kapal yang bagus untuk melanjutkan perjalanan ke Australia," ucap kata Bupati Thaib.

Mengenai keinginan pengungsi Rohingya untuk mencari kehidupan yang lebih baik ke Australia, sejumlah kalangan mendorong Indonesia dan Australia agar membicarakan hal ini dengan Myanmar. "Tujuan akhir mereka Australia," ujar Profesor Heru Susetyo dari Universitas Indonesia. Profesor Heru mengatakan Indonesia perlu mendesak Myanmar untuk berhenti "menganiaya warganya".

Hal senada diutarakan Rima dari Yayasan Geutanyoe. "Ini peringatan bagi Australia agar menekan Myanmar dan pemerintah negara-negara Asia Tenggara untuk berbuat sesuatu," katanya.

"Setidaknya untuk menghormati hak asasi manusia para pengungsi ini," ujar Rima.


Para pengungsi Rohingya yang diselamatkan oleh warga setempat di Aceh Utara. (Foto: Antara/Rahmad)

Perwakilan badan pengungsi PBB, Anne Maymann memuji langkah pemerintah setempat di Aceh yang mengizinkan para pengungsi untuk berlabuh.

"Indonesia telah beberapa kali menjadi negara yang memberi contoh kepada negara lain di kawasan ini," katanya.

Direktur Amnesty International Indonesia, Usman Hamid secara terpisah menyatakan, warga Aceh telah menunjukkan aspek terbaik kemanusiaan.

"Mendaratnya para pengungsi Rohingya ini jadi momen optimisme dan solidaritas. Semua ini berkat keinginan kuat dari masyarakat Aceh yang berani ambil risiko, sehingga anak-anak, perempuan dan laki-laki ini dapat dibawa ke pantai," katanya.

Pada bulan Mei 2015, nelayan Aceh juga memberikan pertolongan saat sekitar 1.000 pengungsi Rohingya tiba di provinsi tersebut. Warga Rohingya yang sebagian besar Muslim kini hidup tanpa kewarganegaraan, setelah melarikan diri dari penganiayaan brutal di Myanmar selama beberapa dekade.

Penulis :
Widji Ananta