
Pantau.com - Sobat Pantau sadar enggak nih kalau ada diskonan atau pas gajian langsung kalap belanja sampai lupa tabungan hampir terkuras.
Gengs, rupanya ketagihan belanja itu tergolong dalam gangguan kesehatan mental. Dilansir Alodokter, menyebutkan kecanduan belanja termasuk gangguan kesehatan mental yang dapat menyebabkan konsekuensi berbahaya, tidak hanya secara finansial, tapi juga secara pribadi dan dalam berhubungan dengan keluarga.
Normalnya, belanja adalah kegiatan rutin yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Sebagian orang merasakan belanja sebagai kegiatan yang menyenangkan untuk mengisi jeda di antara kesibukan. Namun apabila seseorang mengeluarkan uang secara berulang-ulang untuk berbelanja tanpa mengindahkan kebutuhan ataupun keadaan finansialnya sehingga mendatangkan pengaruh negatif, hal tersebut tergolong pada gangguan kesehatan mental.
Baca juga: Kabar Buruk Bagi Calon Jamaah Umroh! Njelimetnya Pengambilan Data Biometrik
Bahkan, belanja sebagai bentuk kecanduan menurut penelitian di bidang medis dipercaya bahwa otak manusia mengasosiasikan belanja dengan perasaan seperti melayang, serupa dengan yang dirasakan mereka yang mengonsumsi obat-obatan terlarang. Itu sebabnya mereka merasakan dorongan untuk belanja lagi dan lagi. Rasa gembira ketika berbelanja ini muncul karena terpicunya hormon endorphin dan dopamin yang dapat membuat seseorang merasa gembira.
Kecanduan belanja juga dapat disebut sebagai compulsive buying disorder (CBD) atau gangguan belanja kompulsif, disebut juga dengan shopoholisme. CBD sendiri didefinisikan sebagai hasrat yang tidak tertahankan untuk membeli barang secara berlebihan dengan jumlah pengeluaran besar dan menyita waktu yang pada akhirnya hanya mendatangkan pengaruh negatif di dalam hal keuangan dan keluarga.
Berdasarkan gejalanya, gangguan ini bahkan mungkin dikategorikan sebagai gangguan bipolar, gangguan obsesif-kompulsif, kecanduan klinis, atau gangguan kontrol atas dorongan. Pada beberapa kasus, pemicu kecanduan belanja bersumber dari depresi, gangguan kesehatan mental, ataupun masalah emosional.
Baca juga: Bisnis Nekad! Orang ini Jual Sandal Jepit 'Donald Trump'
Kecanduan belanja ini juga dapat berakar dari pengalaman di masa kecil. Misalnya anak yang tidak mendapat perhatian cukup dari orang tuanya bisa jadi akan merasa tidak percaya diri karena merasa sebagai orang yang tidak penting. Akibatnya, mereka akan tumbuh dewasa dengan membeli benda-benda yang diharapkan dapat membuat mereka tidak lagi merasa sendiri.
Keberadaan banyaknya pusat perbelanjaan, kemudahan berbelanja melalui daring/online, dan kemudahan menggunakan kartu kredit pada selanjutnya seakan-akan makin memfasilitasi kecenderungan gila belanja. Dari perspektif psikologi sosial, orang yang tidak memiliki identitas yang kuat cenderung akan mencari jati diri dan pengakuan melalui kebiasaan berbelanja secara berlebihan.
- Penulis :
- Nani Suherni