
Pantau - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membeberkan sejumlah tantangan ekonomi global di 2025. Mulai dari ketegangan geopolitik hingga tren suku bunga tinggi di sejumlah negara.
"Tantangan yang perlu kita antisipasi, mulai dari tren inflasi dan pertumbuhan PDB global, tren suku bunga bank sentral, dan tentunya tensi geopolitik yang masih berantem, dan kecenderungan arah kebijakan ekonomi dari Uncle Sam, yang menurut pendapat kami cenderung sedikit proteksionis," kata Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek OJK, Aditya Jayaantara.
Aditya mengungkapkan, meningkatnya ketidakpastian pasar global berdampak pada pertumbuhan ekonomi di banyak negara.
Baca juga: Kenali Yuk! Inilah Tren Kejahatan Keuangan di Akhir Tahun 2024
Meski begitu, dia memproyeksi ekonomi Indonesia masih menunjukkan kinerja yang positif dan relatif stabil.
Di samping itu, Aditya menyampaikan kinerja pasar modal Indonesia dalam setahun terakhir menunjukkan resiliensi yang luar biasa.
Menurut, Indonesia telah melewati momen penting yaitu dengan sukses menyelenggarakan pemilihan presiden, pemilihan legislatif, dan pemilihan kepala daerah.
"Kita sudah melewati proses pemilihan presiden, pemilihan legislatif dan pilkada yang kita dapat lalui dengan baik untuk menjaga pasar modal kita," ungkapnya.
Baca juga: OJK Luncurkan Aturan Pengawasan Perdagangan Aset Kripto
Aditya menyampaikan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 27 Desember 2024 berada di level 7.036 atau melemah 3,25 persen secara year to date (ytd).
Menurut Aditya sepanjang tahun 2024 IHSG bergerak cukup dinamis, meskipun dalam tren pelemahan akibat ketidakpastian global. Namun IHSG juga sempat menyentuh level tertingginya atau all time high (ath) di level 7.905 pada pada 19 September 2024.
“Kinerja pasar modal domestik dalam perjalanan satu tahun terakhir ini menunjukkan resiliensi yang cukup tinggi di tengah tantangan global yang juga dinamis,” katanya.
Baca juga: OJK Cabut Izin Usaha 20 BPR Selama 2024 Lantaran Tak Kunjung Sehat
Aditya mencatat, nilai kapitalisasi pasar atau market cap hingga 27 Desember 2024 naik 5,05 persen dari Rp 11.674 triliun di tahun lalu menjadi Rp 12.264 triliun.
Sedangkan pada pasar surat utang, Aditya menyampaikan indeks pasar obligasi atau Indonesia Composite Bond Index (ICBI) hingga 27 Desember 2024 berada di level 392,36.
Angka ini tumbuh 4,74 persen dibandingkan pada 29 Desember 2023 lalu yang berada di level 374,61.
Selain itu, Aditya menyampaikan, penghimpunan dana di pasar modal hingga 27 Desember tercatat sebesar Rp 251,04 triliun dari 187 penawaran umum dengan 35 di antaranya merupakan emiten baru.
Baca juga: OJK Dukung Peran Strategis Ibu sebagai Menteri Keuangan Keluarga
Secara rinci, terdapat 34 merupakan emiten saham dan 1 lainnya merupakan emiten Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS).
“Itu menjadi bukti nyata kepercayaan terhadap pasar modal Indonesia terus menguat,” jelasnya.
Di sisi lain, Aditya menyampaikan hingga 24 Desember 204 jumlah investor pasar modal Indonesia mencapai 14.817.376 Single Investor Identification (SID) atau tumbuh 21,77 persen dibandingkan dengan 2023 sebanyak sebanyak 12.168.061 SID pada 2023 lalu.
Menurut Aditya pertumbuhan jumlah investor merupakan hasil dari keberhasilan inklusi keuangan yang dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan.
Baca juga: Terbawa-bawa Kasus CSR BI, OJK Hormati Proses Penegakan Hukum KPK
Sementara itu, Aditya menyampaikan sejak diluncurkan pada 26 September 2023 lalu sampai dengan 27 Desember 2024, tercatat transaksi sebanyak 908.018 ton CO2 ekuivalen pada bursa karbon dengan total nilai transaksi sebesar Rp50,64 miliar.
Hingga saat ini telah terdapat tiga SPE-GRK terdaftar di bursa karbon yaitu dari Proyek Lahendong Unit 5 & Unit 6 PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), Pembangunan Pembangkit Listrik Baru Berbahan Bakar Gas Bumi PLTGU Blok 3 PJB Muara Karang, dan Pembangkit Listrik Tenaga Air Minihidro (PLTM) Gunung Wugul.
“Ini menunjukkan bahwa cukup positif respons terhadap inisiatif dan berupaya mendukung transisi menuju rendah karbon,” pungkasnya.
Baca juga: OJK Sebut Ada 11.350 Aduan Penagihan Debt Collector
- Penulis :
- Wulandari Pramesti