Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Kinerja 2024 Lemah, Prospek Emiten BMRI Diragukan

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

Kinerja 2024 Lemah, Prospek Emiten BMRI Diragukan
Foto: Ilustrasi - Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Bank Mandiri. (ANTARA)

Pantau – Kinerja emiten bank BUMN, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang lemah pada 2024 menimbulkan keraguan akan kinerja perseroan di 2025. Keraguan datang dari Tim Riset Algo.

BMRI merilis kinerja keuangan sepanjang 2024 pada pekan lalu di mana laba bersih mencapai Rp55,8 triliun. 

“Angka ini hanya naik 1,3 persen secara tahunan (YoY) dan sedikit di bawah estimasi analis sebesar Rp56,2 triliun,” tulis Tim Riset Algo dikutip dari Algoresearch.id di Jakarta, Senin (10/2/2025).

Laba bersih kuartal IV-2024 juga lemah di level Rp13,8 triliun atau turun 13,9 persen YoY atau turun 11 persen secara kuartalan. Penyebabnya adalah biaya operasional yang melonjak menjadi Rp18,8 triliun atau naik 36,4 persen secara kuartalan dan 21,8 persen YoY.

Besaran biaya itu dikontribusikan oleh biaya khusus karyawan bank (58,9 persen secara kuartalan dan 59,7 persen YoY). 

Baca juga: Melemah 15 Persen Sepekan, Saham BMRI Jadi Contoh Klasik ‘Jebakan Harga’

Profitabilitas Bermasalah

“Kekhawatiran utama di kalangan investor adalah melemahnya profitabilitas, di mana pertumbuhan pinjaman yang sangat kuat sebesar 19,5 persen hanya menghasilkan pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 6,1 persen YoY sementara NIM (net interest margin) turun dari 5,5 persen pada tahun 2023 menjadi 5,15 persen pada tahun 2024,” papar Tim Riset Algo.

Kondisi itu menyiratkan, Bank Mandiri mengalami kenaikan biaya pendanaan atau cost of fund. Pada saat yang sama, imbal hasil pinjaman baru belum membaik, meskipun tren triwulanan menunjukkan angka yang lebih tinggi secara berurutan pada kuartal IV-2024.

Menurut Tim Riset Algo, peningkatan biaya dana dapat dikaitkan dengan pengetatan likuiditas untuk BMRI. Ini dapat dilihat dari rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) yang meningkat dari 88,6 persen pada 2023 menjadi 98,3 persen pada 2024. 

“Ini berada pada level yang mengkhawatirkan,” timpalnya.

Baca juga: Selling Climax Usai, Rekomendasi Beli Saham BMRI dengan Target Harga Segini

Dengan demikian, pertumbuhan pinjaman BMRI yang kuat (di atas panduan 16-18 persen) dan peningkatan CASA (74,3 persen pada tahun 2023 menjadi 74,8 persen pada tahun 2024) tidak menghasilkan peningkatan profitabilitas yang substansial.

BMRI menargetkan LDR pada kisaran rendah-menengah 90 persen pada tahun 2025. Perseroan menyatakan, lonjakan LDR pada kuartal IV-2024 disengaja. Sebab, perusahaan menarik beberapa simpanan berbiaya tinggi untuk mendukung margin.

Namun demikian, prospek likuiditas yang ketat secara keseluruhan menyebabkan patokan 2025 menjadi lebih lemah secara umum. Buktinya, pertumbuhan pinjaman diperkirakan lebih lambat pada kisaran 10-12 persen sementara NIM akan lebih rendah pada 5-5,2 persen.

Biaya Kredit Lebih Mahal

Selain itu, perusahaan mencatatkan biaya kredit yang lebih baik di level 0,79 persen pada tahun 2024. Angka ini lebih rendah dibandingkan 2023 yang bertengger di 0,85 persen.

Baca juga: Mendulang Dividen Bank-Bank Raksasa Jadi ‘Passive Income’

Angka-angka itu sejalan dengan target biaya kredit di bawah 1 persen dan non-performing loan alias pinjaman bermasalah (NPL) yang turun dari 1,2 persen menjadi 1,1 persen selama periode yang sama.

Anehnya, untuk 2025, perseroan justru mematok biaya kredit cost of credit (CoC) yang lebih tinggi menjadi 1-1,2 persen. Ini dipicu biaya pencadangan yang akan kembali normal dan mengendalikan NPL yang dapat dikelola tahun ini. 

“Target biaya yang lebih tinggi itu diharapkan tidak hanya karena kondisi ekonomi makro melainkan juga karena potensi ‘kitchen-sinking’ seiring BMRI yang akan menjadi bagian dari Danantara, menurut pandangan kami,” imbuh Tim Riset Algo.

Penulis :
Ahmad Munjin
Editor :
Ahmad Munjin