billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Apakah Cuan BMRI Masih Unggul di Atas Rata-Rata Saham Bank?

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

Apakah Cuan BMRI Masih Unggul di Atas Rata-Rata Saham Bank?
Foto: Ilustrasi - Layar perdagangan saham BEI Jakarta. (Antara/Dhemas Reviyanto)

Pantau – Tim riset Algo mempertanyakan apakah saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) masih menjadi alpha perbankan alias memberikan imbal hasil lebih tinggi dibandingkan rata-rata saham perbankan.

Kapitalisasi pasar BMRI saat ini mencapai Rp510 triliun. Ini menobatkannya sebagai bank terbesar ketiga di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) setelah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp1.124 triliun dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) senilai Rp625 triliun.

“Investor institusional biasanya memiliki porsi saham bank besar yang cukup besar dalam portofolionya. Saham perbankan ini juga menjadi sumber capital inflow (arus masuk) investor asing ke IHSG mengingat kapitalisasinya yang besar,” tulis Tim Riset Algo sebagaimana dilansir algoresearch.id dikutip di Jakarta, Selasa (11/2/2025).

market cap bmri
Sumber: Algo Research, Company Data, IDX

Secara historis sebelum 2024, BBRI merupakan alpha favorit di antara bank-bank besar. Itu lantaran profitabilitas dan pertumbuhannya yang tinggi sehingga menarik terutama bagi investor asing.

Baca juga: Kinerja 2024 Lemah, Prospek Emiten BMRI Diragukan

Namun kemudian, ketika kinerja BBRI memburuk pada tahun 2023-2024, investor institusional telah beralih untuk mengalokasikan lebih banyak dana mereka ke saham BMRI. Saham bank pelat merah ini pun menjadi sumber alpha terbaru.

Sentimen Saham BMRI Tetap Lemah

Namun, karena fundamental dan prospek BMRI sekarang yang tampak menguap dengan potensi revisi negatif oleh para analis, sentimen terhadap saham tersebut kemungkinan akan tetap lemah. 

Itu dibuktikan dengan analis dari JP Morgan yang menurunkan peringkat saham BMRI dari netral menjadi underweight pada Februari 2025. Target harga yang dipatok pun lebih rendah dari Rp6.050 per unit saham menjadi Rp5.500 per unit saham.

Argumen peringkat underweight itu, menurut Algo, karena beberapa pertimbangan. Salah satunya adalah potensi revisi negatif karena perkiraan yang terlalu optimis terhadap pertumbuhan pinjaman dan margin. Apalagi dengan likuiditas yang ketat dan tekanan dari tingginya cost of fund simpanan.

Baca juga: Selling Climax Usai, Rekomendasikan Beli Saham BMRI dengan Target Harga Segini

Dengan demikian, perhatian utama tertuju pada pendapatan bunga bersih. Meski kualitas aset stabil, perlambatan pertumbuhan kredit dapat meningkatkan tekanan keuangan terutama di segmen mikro.

Sebelumnya, JP Morgan juga menurunkan peringkat BBRI pada akhir September 2024 dan menempatkannya pada daftar pantauan katalis negatif. Sejak saat itu, saham tersebut telah turun sekitar 20 persen.

“Oleh karena itu, kami memperkirakan harga saham BMRI akan tetap tertekan dalam waktu dekat,” ungkap Tim Riset Algo.

Net Sell Investor Asing bakal Berlanjut

Lebih jauh Tim Riset Algo memperkirakan, aliran keluar bersih atau net sell dari investor asing bakal terus berlanjut.

Baca juga: Melemah 15 Persen Sepekan, Saham BMRI Jadi Contoh Klasik ‘Jebakan Harga’

Begitu investor asing mulai melakukan aksi jual di saham BMRI, harga sahamnya cenderung bertahan mengingat sebagian besar perdagangan dilakukan oleh investor sistematis atau pasif seperti Exchange-traded fund (ETF), tanpa mempertimbangkan aspek fundamental. 

net sell saham bmri
Sumber: Algo Research, Company Data, IDX

Sejak November 2024, saham BMRI mencatatkan aksi net sell dari investor asing secara kumulatif sebesar Rp3,2 triliun. Ini ranking ketiga, setelah BBRI dan BBCA dengan penjualan bersih asing masing-masing sebesar Rp11,1 triliun dan Rp7,3 triliun.

“Oleh karena itu, kami rasa pelaku pasar sebaiknya menunggu, wait and see hingga harga saham BMRI mengalami konsolidasi sebelum mengambil tindakan apa pun. Sebab, pasar akan tetap bergejolak dalam waktu dekat,” imbuh Tim Riset Algo.

Penulis :
Ahmad Munjin
Editor :
Ahmad Munjin