
Pantau - Sikap Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang berhati-hati namun optimistis ditengarai turut memberikan sinyal kelegaan bagi pasar aset berisiko, termasuk kripto. Itu dinilai membuat kepercayaan diri investor meningkat.
Namun, menurut analis dari Reku, Fahmi Almuttaqin, reli Bitcoin selanjutnya mungkin masih akan cukup dipengaruhi bagaimana pasar memandang risiko di tengah potensi inflasi yang masih mengancam.
“Adanya sentimen positif dari perkembangan regulasi kripto Pemerintah AS dapat menjadi katalis yang berpotensi mendorong kenaikan lanjutan,” kata Fahmi melalui keterangannya, di Jakarta, Jumat (21/3/2025).
Pada Hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC), paparan The Fed menggarisbawahi risiko stagflasi yang diindikasikan dengan pertumbuhan lambat dan inflasi tinggi, yang tidak setinggi perkiraan pasar.
Baca juga: Transaksi Aset Kripto Tembus Rp 44,07 T di Januari 2025
“Namun, penurunan suku bunga yang tertunda dan volatilitas yang didorong oleh tarif, tetap dapat menekan pasar kripto khususnya dalam jangka pendek,” tutur Fahmi.
Korelasi Bitcoin dengan saham AS yang cukup tinggi saat ini, Ia menambahkan, masih menjadi perhatian investor terhadap posisi Bitcoin sebagai inflation hedge.
Namun, dia menggarisbawahi, narasi aset kripto tersebut sebagai emas digital berpotensi menguat jika inflasi ternyata naik signifikan. Ini yang mungkin akan membuat korelasinya sedikit menurun.
“Proyeksi tersebut membuat kombinasi Bitcoin, Altcoin, dan saham AS dalam portofolio investasi masih cukup ideal guna membuat portofolio lebih seimbang khususnya bagi investor yang mengadopsi strategi diversifikasi di instrumen berisiko tinggi,” tutur Fahmi.
Baca juga: Transaksi Aset Kripto Melonjak 104 Persen di Bawah OJK
Situasi yang ada saat ini juga dinilai dia dapat berpotensi kembali meningkatkan antusiasme investor institusi terhadap Bitcoin dan Ethereum.
Fahmi pun melihat kemungkinan akan segera diluncurkannya ETF spot aset kripto lain seperti Solana menjelang akhir tahun ini yang turut berpotensi memperkuat narasi Altcoin.
Altcoin yang secara umum saat ini bisa dikatakan masih belum banyak mengalami kenaikan, menurutnya, berpotensi menarik perhatian pasar khususnya jika terdapat naratif yang menarik.
Indikator Alts Buy Signal yang dikompilasi @cryptokoryo_research di platform Dune Analytics menunjukkan posisi rekomendasi beli Altcoin saat ini yang berada pada salah satu level terkuatnya.
Baca juga: 1.396 Aset Kripto Tercatat Diperdagangkan hingga Februari 2025
Data tersebut, ditegaskan Fahmi, turut memperkuat proyeksi reli Altcoin ke depan.
“Pasar yang saat ini memperkirakan kemungkinan sekitar 62 persen terhadap potensi The Fed menurunkan suku bunga di bulan Juni mensinyalir potensi reli pada pertengahan tahun terlepas dari koreksi harga yang sempat terjadi belakangan ini,” papar Fahmi.
Kembali diturunkannya suku bunga diyakini dapat memicu kenaikan likuiditas dan M2 money supply yang secara historis berhubungan dengan terjadinya reli utama pada setiap siklus bullish Bitcoin.
Namun, Fahmi menggarisbawahi, hal itu masih akan bergantung pada outlook yang terjadi pascasuku bunga diturunkan dan alasan utama yang melatarbelakangi penurunan tersebut.
Baca juga: Lindungi Masyarakat, Puteri Komarudin Dorong OJK Tingkatkan Literasi Aset Kripto
Pasar kripto dan saham AS tercatat mulai menguat pasca pertemuan pejabat The Fed untuk mempertahankan suku bunga tetap pada level 4,25-4,50 persen.
Sesaat setelah hasil pertemuan tersebut disampaikan ke publik pada dini hari waktu Indonesia, Kamis (20/3/2025)i, indeks S&P 500 ditutup naik 1,08 persen, sedangkan Nasdaq dan Dow Jones Industrial Average masing-masing mengalami kenaikan 1,41 persen dan 0,92 persen.
Bitcoin berhasil menembus level 83.000 dolar AS dan sempat diperdagangkan di area 87.000 dolar AS. Ethereum kembali ke level 2.000 dolar AS setelah hampir dua pekan berfluktuasi di area 1.800-1.900 dolar AS.
Pertemuan The Fed juga mempertahankan proyeksi akan adanya dua kali pemotongan suku bunga pada tahun 2025. Ini terlepas dari meningkatnya ketidakpastian akibat kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump.
Baca juga: Volume Perdagangan Kripto Meningkat 150 Persen di Platform Pintu
Pemimpin The Fed Jerome Powell turut menyatakan, inflasi yang didorong oleh tarif kemungkinan akan bersifat sementara dan menekankan ekonomi AS tetap tangguh. Apalagi dengan risiko resesi yang cukup rendah.
Keterangan tersebut, kata Fahmi, membuat kekhawatiran pasar yang berkembang akhir-akhir ini cukup mereda. “Fokus investor saat ini tertuju pada data sektor ketenagakerjaan dan perumahan yang akan datang untuk kejelasan ekonomi lebih lanjut,” imbuhnya.
- Penulis :
- Ahmad Munjin