
Pantau.com - Pemerintah Indonesia secara resmi menyatakan telah menguasai saham mayoritas perusahaan emas yang beroperasi di Mimika, Papua, PT Freeport Indonesia. Perusahaan pelat merah, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum, kini memegang 51,23% saham Freeport.Ya, saham itu ditebus dengan nominal US$3,85 miliar setara Rp56,1 triliun. Porsi saham Freeport itu merupakan yang terbesar pernah dipegang pemerintah Indonesia. "Kita perlu mengapresiasi kerja keras pemerintah yang sudah sukses menyelesaikan proses divestasi saham Freeport. Kerja keras menteri-menteri Jokowi, Menteri ESDM Ignasius Jonan, Menkeu Sri Mulyani, Menteri BUMN Rini Soemarno perlu kita acungkan jempol. Apresiasi juga atas kerja keras dan jitunya strategi korporasi yang dilakukan oleh PT Indonesia Asahan Alumina (Inalum) di bawah pimpinan Budi Gunadi Sadikin atas penyelesaian proses divestasi Freeport," ungkap Pengamat Tambang Ferdi Hasiman, dalam keterangan tertulis, Sabtu (22/12/2018).
Baca Juga: Sah Milik NKRI, Sri Mulyani: Penerimaan Negara dari Freeport Lebih Besar
Adapun usai pelunasan ini, saham mayoritas dibagi dua. Inalum akan memegang 41,2% dan 10% menjadi hak pemerintah daerah Papua. Lantas pengelolaan saham Papua itu akan dikerjakan PT Indonesia Papua Metal dan Mineral. Perusahaan itu dikuasai Inalum sebesar 60%, dimiliki secara minoritas oleh Pemda Papua."Divestasi 51 persen saham juga dilakukan dengan mekanisme korporasi yang jitu. Ketika APBN tak tersedia untuk beli saham Freeport karena defisit angggaran, Jokowi melakukan divestasi dengan cara-cara yang lazim terjadi dalam dunia korporasi. Dengan memerintah Inalum untuk membeli saham Freeport sudah cukup menunjukan bahwa pemerintah sekarang cerdas menghadapi kekuatan korporasi," tambah penulis buku berjudul Monster Tambang itu.Ferdy Hasiman percaya langkah yang dilakukan pemerintah saat ini memiliki dampak besar untuk masa depan Indonesia. Mengingat ke depan Freeport mulai menambang di tambang underground yang potensinya sebesar 93 persen dari total cadangan Freeport.
Baca Juga: Dibayar LUNAS! 51 Persen Saham Freeport Sah Milik Tanah Air
Tambang underground merupakan masa depan Freeport dan mulai beroperasi komersial tahun 2019. Dengan operasi tambang underground produksi rata-rata harian Freeport mencapai 24.000 matrik ton per hari untuk konsentrat tembaga. "Produksi yang begitu besar buat pendapatan Freeport mulai tahun depan berada di atas 3 sampai 4 miliar dolar per tahun. Hitung saja dengan membeli participating interset Rio Tinto, Inalum mampu mengontrol 60 persen total produksi Freeport. Itu artinya lebih dari separuh pendapatan Freeport akan diterima Inalum," bebernya. "Dengan begitu dalam kurun waktu 3- 4 tahun Inalum bisa bayar utang dan sudah memberi kontribusi besar bagi penerimaan negara. Jadi rugi besar kalau kita tidak kontrol sekarang tambang potensial di Grasberg, karena mulai tahun depan tambang underground berproduksi. Ini tentu dari sisi finansial," tegasnya.
- Penulis :
- Tatang Adhiwidharta