
Pantau - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa garis kemiskinan di Indonesia pada Maret 2025 mencapai Rp609.160 per kapita per bulan, meningkat 2,34 persen dibandingkan dengan September 2024.
Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Ateng Hartono, menyatakan bahwa penduduk dinyatakan miskin apabila pengeluarannya berada di bawah garis kemiskinan tersebut.
“Kita ketahui bersama bahwa yang dinamakan penduduk miskin adalah pada saat dia pengeluarannya berada di bawah garis kemiskinan,” jelas Ateng.
Perkotaan dan Perdesaan: Kenaikan Garis Kemiskinan Terjadi di Kedua Wilayah
Berdasarkan wilayah, garis kemiskinan di daerah perkotaan tercatat sebesar Rp629.561 per kapita per bulan, naik 2,24 persen dari September 2024.
Sementara di perdesaan, garis kemiskinan sebesar Rp580.349 per kapita per bulan, naik 2,42 persen pada periode yang sama.
“Dengan demikian, garis kemiskinan pedesaan naik sedikit di atas garis kemiskinan perkotaan secara kenaikannya,” ujar Ateng.
Komoditas Makanan Dominasi Pembentuk Garis Kemiskinan
Garis kemiskinan terdiri dari dua komponen, yaitu makanan dan bukan makanan.
Pada Maret 2025, komponen makanan menyumbang Rp454.299 atau 74,58 persen dari total garis kemiskinan.
Sedangkan komponen bukan makanan mencapai Rp154.861 atau 25,42 persen.
Komoditas makanan dengan sumbangan terbesar terhadap garis kemiskinan di antaranya:
- Beras: 21,06% di perkotaan dan 24,91% di perdesaan
- Rokok kretek filter: 10,72% di perkotaan dan 9,99% di perdesaan
- Telur ayam ras: 4,50% di perkotaan dan 3,62% di perdesaan
- Daging ayam ras: 4,22% di perkotaan dan 2,98% di perdesaan
- Mi instan: 2,47% di perkotaan dan 2,08% di perdesaan
- Kopi bubuk dan kopi instan: 2,29% di perkotaan dan 2,16% di perdesaan
- Komoditas bukan makanan yang paling berpengaruh terhadap garis kemiskinan meliputi:
- Perumahan: 9,11% di perkotaan dan 8,99% di perdesaan
- Bensin: 3,06% di perkotaan dan 3,03% di perdesaan
- Listrik: 2,58% di perkotaan dan 1,52% di perdesaan
Data Berdasarkan Survei Nasional, Dilakukan Sebelum Ramadhan
Profil kemiskinan Maret 2025 dihitung berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Konsumsi dan Pengeluaran.
Pendataan dilakukan pada Februari 2025 karena Maret bertepatan dengan bulan Ramadhan, yang dapat memengaruhi pola konsumsi rumah tangga.
Jumlah sampel Susenas mencapai 345 ribu rumah tangga yang tersebar di 38 provinsi dan 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
- Penulis :
- Aditya Yohan