
Pantau - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis pagi, 25 September 2025, terpantau melemah mengikuti tren negatif yang melanda bursa kawasan Asia dan global.
Tekanan Global dan Ketidakpastian Ekonomi Bayangi Pasar
IHSG turun sebesar 61,80 poin atau 0,76 persen ke level 8.064,76 pada pukul 09.15 WIB.
Sementara itu, indeks LQ45, yang berisi saham-saham unggulan, juga terkoreksi 8,12 poin atau 1,00 persen ke posisi 800,65.
Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas menjelaskan bahwa tekanan pasar disebabkan oleh sikap wait and see investor terhadap sejumlah data ekonomi penting dari Amerika Serikat (AS).
"Investor kini menanti data klaim pengangguran Amerika Serikat (AS), inflasi PCE, serta perkembangan negosiasi anggaran AS yang berisiko memicu government shutdown, apalagi setelah Presiden Donald Trump membatalkan pertemuan penting dengan pimpinan oposisi," tulis tim riset tersebut.
Ketua The Fed, Jerome Powell, menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi AS dan pasar tenaga kerja telah melambat sepanjang tahun ini.
Meski begitu, tingkat inflasi masih berada di atas target The Fed sebesar 2 persen.
Powell menegaskan bahwa pihaknya akan menggunakan pendekatan hati-hati dan berbasis data dalam menentukan arah kebijakan suku bunga, serta memperingatkan potensi kenaikan inflasi jika suku bunga diturunkan secara agresif.
Pernyataan tersebut turut meredam ekspektasi pasar terhadap kemungkinan penurunan suku bunga lanjutan dalam waktu dekat.
Sentimen Domestik dan Usulan Kebijakan Baru
Dari dalam negeri, DPR RI dan pemerintah menyepakati pembentukan Panitia Khusus (Pansus) Penyelesaian Konflik Agraria, yang akan disahkan awal Oktober 2025.
Langkah ini ditujukan untuk mempercepat reformasi agraria, membentuk kelembagaan baru, dan menyelesaikan konflik tata ruang melalui Program Satu Peta.
Kebijakan tersebut dianggap penting untuk mendorong keadilan agraria bagi petani dan meningkatkan kepastian hukum bagi investasi.
Selain itu, Komisi XI DPR RI mengusulkan peningkatan batas minimum free float saham dari 7,5–10 persen menjadi 30 persen.
Kebijakan ini bertujuan untuk memperdalam likuiditas pasar dan menarik lebih banyak investor global.
Namun, usulan ini juga dinilai berisiko mendapat resistensi dari emiten besar, sehingga dibutuhkan masa transisi dan insentif yang sesuai.
Bursa Global Bergerak Variatif, Asia Campuran
Pada Rabu (24/9), bursa saham Eropa mencatat penutupan yang bervariasi:
- Euro Stoxx 50 turun 0,11%
- FTSE 100 Inggris naik 0,29%
- DAX Jerman naik 0,23%
- CAC Prancis turun 0,57%
Sementara itu, bursa saham AS (Wall Street) juga ditutup melemah:
- Dow Jones turun 0,37% ke 46.121,54
- S&P 500 turun 0,28% ke 6.637,75
- Nasdaq turun 0,31% ke 24.503,07
Di kawasan Asia pagi ini, pergerakan bursa terpantau campuran:
- Nikkei naik 48,69 poin (0,11%) ke 45.674,00
- Shanghai turun 3,00 poin (0,08%) ke 3.850,78
- Hang Seng turun 7,15 poin (0,03%) ke 26.509,50
- Strait Times turun 5,93 poin (0,14%) ke 4.284,78
Kondisi tersebut mencerminkan ketidakpastian global yang masih mendominasi sentimen investor, termasuk di pasar Indonesia.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf