
Pantau - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menegaskan pentingnya penggunaan sumber daya mineral kritis sebagai instrumen strategis dalam negosiasi perdagangan internasional.
Mineral Kritis Jadi Aset Strategis Nasional
Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dari mineral kritis yang dapat dimanfaatkan dalam proses diplomasi dan kerja sama ekonomi global.
"Kita katakan bahwa Indonesia ini punya critical mineral. Jadi kita bisa menggunakan ini sebagai salah satu cara untuk negosiasi, karena memang critical mineral ini ada," ungkapnya.
Anindya menekankan bahwa meskipun mineral kritis dapat digunakan sebagai alat negosiasi, Indonesia tetap harus menjalankan proses hilirisasi agar memberikan nilai tambah signifikan bagi perekonomian nasional.
Ia mencontohkan, sepuluh tahun lalu Indonesia hanya mengekspor bijih nikel dengan keuntungan sekitar 1 miliar dolar AS, namun setelah dilakukan hilirisasi menjadi produk stainless steel, nilai keuntungannya meningkat hingga 35 miliar dolar AS.
Dorong Diversifikasi Pasar dan Penciptaan Lapangan Kerja
Anindya menambahkan bahwa negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, perlu mengubah format perdagangan mereka agar tidak bergantung pada satu negara tujuan ekspor.
"Indonesia memang ada kesepakatan dengan Amerika, tapi tidak berhenti di Amerika saja. Kita ke Uni Eropa dan Kanada," ujarnya.
Menurutnya, Indonesia perlu membuka ruang kolaborasi untuk menciptakan lapangan kerja baru yang sejalan dengan bonus demografi yang dimiliki bangsa.
"Jadi kita mesti memikirkan bagaimana menemukan kerjaan 2,5 juta sampai 3 juta setahun. Karena kita menghasilkan bayi 5 juta setahun. Jadi kita benar-benar mau buat kolaborasi. Tapi intinya kita ingin semua itu stabil, inklusif," kata Anindya.
Ia juga memaparkan sejumlah sumber mineral kritis yang dimiliki Indonesia, antara lain nikel, tembaga, kobalt, bauksit, timah, dan potensi litium.
Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, mencapai 48 persen dari total cadangan global, sementara cadangan tembaga mencapai 28 juta ton dan menempatkan Indonesia di posisi ketujuh dunia.
Selain itu, cadangan kobalt diperkirakan mencapai 600 ribu ton, bauksit 1,2 miliar ton, dan timah sekitar 2,8 juta ton atau 16 persen dari total cadangan global.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf







