
Pantau - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa harga bauksit akan tetap stabil meskipun jumlah smelter aluminium meningkat, seiring dengan dorongan pemerintah terhadap hilirisasi komoditas tersebut.
Larangan Ekspor untuk Perkuat Industri Dalam Negeri
Dalam sambutannya di ajang Mineral dan Batu Bara (Minerba) Convex 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC), Bahlil menyatakan bahwa pemerintah telah melarang ekspor bahan mentah bauksit demi memperkuat industri pengolahan dalam negeri.
“Bauksit ini adalah salah satu komoditas yang akan kita dorong untuk hilirisasi dan sekarang kita sudah melarang ekspor bahan mentahnya,” ungkapnya.
Larangan ekspor bauksit diberlakukan sejak tahun 2023 sebagai langkah strategis untuk mempercepat pembangunan industri pengolahan di Indonesia dengan produk turunan berupa aluminium.
Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, Indonesia memiliki cadangan bauksit terbesar keempat di dunia dengan volume mencapai 9,8 persen dari total cadangan global.
Sementara itu, dari sisi produksi, Indonesia menempati urutan keenam dunia dengan kontribusi sebesar 2,6 persen terhadap produksi global.
Bahlil menjelaskan bahwa kapasitas smelter aluminium yang telah dibangun di Indonesia saat ini mencapai 17,5 juta ton terhadap bahan bakunya.
Permintaan Tinggi Menjamin Stabilitas Harga
Meskipun jumlah smelter meningkat, Bahlil memastikan bahwa harga bauksit tidak akan mengalami penurunan seperti yang terjadi pada komoditas nikel saat hilirisasi digenjot.
Keyakinan tersebut, menurutnya, didasarkan pada tingginya kebutuhan aluminium di dalam negeri yang masih belum tercukupi oleh produksi lokal.
“Sekarang kita masih banyak impor untuk produk turunan dari bauksit, seperti aluminium. Jadi antara kebutuhan dalam negeri dan kapasitas industri, kebutuhannya masih lebih besar. Jadi tidak ada masalah,” ia mengungkapkan.
Pemerintah juga menargetkan nilai investasi hilirisasi mineral dan batu bara (minerba) pada tahun 2025 dapat mencapai USD 7 hingga 8 miliar.
Hingga Agustus 2025, realisasi investasi telah mencapai sekitar USD 3 hingga 4 miliar sebagai bagian dari strategi percepatan hilirisasi nasional.
“Realisasinya sampai Agustus sekitar 3 miliar sampai 4 miliar dolar AS. Ini bagian dari langkah pemerintah untuk terus mendorong hilirisasi bauksit,” ujar Bahlil.
Tren Transisi Energi Dorong Permintaan Aluminium
PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) memproyeksikan bahwa permintaan aluminium akan meningkat hingga enam kali lipat dalam 30 tahun ke depan.
Melati Sarnita, Direktur Pengembangan Bisnis Inalum, menyampaikan bahwa lonjakan tersebut berkaitan erat dengan tren transisi energi global menuju energi baru dan terbarukan.
Dalam ekosistem kendaraan listrik, Inalum berperan sebagai penyedia bahan baku yang mendukung industri nasional, namun tidak bersaing secara langsung dengan produsen battery pack.
- Penulis :
- Arian Mesa