Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Menkeu Purbaya: Permintaan Domestik Adalah Pilar Utama Ekonomi Nasional, Bukan Global

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Menkeu Purbaya: Permintaan Domestik Adalah Pilar Utama Ekonomi Nasional, Bukan Global
Foto: (Sumber: Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa dan Wakil Ketua DPD RI Tamsil Linrung menghadiri Rapat Kerja Komite IV DPD RI di Jakarta, Senin (3/11/2025). ANTARA/Aji Cakti.)

Pantau - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa kekuatan permintaan domestik merupakan kunci utama dalam menjaga ketahanan dan arah pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia.

"Kekuatan domestik demand kita sekitar 90 persen, sedangkan global hanya pengaruhnya sekitar 10 persen. Kalau ekspor mungkin 20 persen. Let's say 20 persen, jadi kita masih 80 persen menguasai arah ekonomi kita", ujarnya dalam Rapat Kerja bersama Komite IV DPD RI di Jakarta, Senin (3/11/2025).

Ekonomi Domestik Lebih Berpengaruh daripada Ketidakpastian Global

Purbaya menyampaikan bahwa kekhawatiran terhadap ketidakpastian ekonomi global seharusnya tidak terlalu membebani pengambilan kebijakan nasional.

Ia menyebut ketidakpastian global sebagai hal rutin yang terjadi setiap tahun, dan tidak semestinya mengganggu fokus pemerintah dalam merumuskan kebijakan dalam negeri yang baik.

"Jadi yang paling pintar, yang paling bagus bagi kita adalah menentukan kebijakan dalam negeri yang baik. Sehingga walaupun ekonomi global gonjang ganjing, kita tidak peduli", tegasnya.

Menurutnya, karena 80 persen kekuatan ekonomi Indonesia berasal dari pasar domestik, maka arah kebijakan ekonomi nasional sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah sendiri.

Dorong Transformasi Ekonomi Berbasis Industri Pengolahan

Purbaya juga menilai situasi ekonomi global tidak seburuk yang diperkirakan.

Ia mengutip proyeksi Bank Dunia yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi global mencapai 2,3 persen pada 2025 dan 2,4 persen pada 2026, dengan likuiditas pasar global yang juga semakin longgar.

Namun demikian, Purbaya menekankan bahwa penguatan sektor industri pengolahan atau manufacturing tetap menjadi strategi utama untuk meningkatkan daya saing dan pertumbuhan jangka panjang Indonesia.

Ia mengacu pada pengalaman negara-negara maju seperti Korea Selatan, China, dan Jerman, yang sukses melalui transformasi ekonomi dari sektor pertanian ke industri, lalu ke sektor jasa.

"Intinya adalah melakukan transformasi ekonomi. Sejumlah negara melakukan transformasi ekonomi dari agriculture based menuju manufacturing based, dan kemudian ke service based. Negara seperti China, Korsel dan Jerman konsisten mengelola basis manufaktur mereka", jelasnya.

Purbaya menegaskan bahwa Indonesia perlu mengelola transisi ekonomi secara strategis dengan menjaga kekuatan permintaan domestik sambil memperkuat sektor industri sebagai tulang punggung pembangunan ekonomi jangka panjang.

Penulis :
Ahmad Yusuf