Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

IHSG Melemah Tipis ke 8.649, Investor Lakukan Rotasi Saham di Tengah Tekanan Eksternal

Oleh Arian Mesa
SHARE   :

IHSG Melemah Tipis ke 8.649, Investor Lakukan Rotasi Saham di Tengah Tekanan Eksternal
Foto: Ilustrasi - Layar digital menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) (sumber: IDX)

Pantau - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Senin sore, 15 Desember 2025, ditutup melemah sebesar 10,83 poin atau 0,13 persen ke level 8.649,66.

Pergerakan IHSG sepanjang hari berlangsung fluktuatif, sempat berada di zona negatif pada awal sesi, kemudian menguat, dan kembali melemah hingga penutupan.

Di sisi lain, indeks LQ45 yang mencerminkan 45 saham unggulan justru ditutup menguat 4,5 poin atau 0,53 persen ke posisi 852,86.

Rotasi Saham dan Tekanan Eksternal Jadi Penekan IHSG

Kepala Riset Phintraco Sekuritas, Ratna Lim, menjelaskan bahwa pelemahan IHSG terjadi di tengah rotasi pilihan saham oleh investor.

"Investor beralih dari saham konglomerasi ke saham-saham blue chip, terutama sektor perbankan sempat mendorong IHSG ke zona positif," ungkapnya.

Namun, penguatan tersebut tertahan akibat tekanan eksternal dan pelemahan nilai tukar rupiah.

"Rupiah ditutup melemah di Rp16.667 per dolar AS di pasar spot (15/12). Saham sektor energi mencatatkan pelemahan terbesar, sedangkan saham sektor kesehatan membukukan penguatan terbesar," ia mengungkapkan.

Ratna memproyeksikan bahwa IHSG dalam waktu dekat akan bergerak cenderung sideways di kisaran 8.600–8.750 seiring pelaku pasar yang masih mencermati sentimen global dan domestik.

Data Ekonomi China dan Jepang Warnai Sentimen Pasar

Dari kawasan Asia, mayoritas indeks bursa ditutup melemah.

Pelemahan ini terjadi karena perhatian investor tertuju pada data ekonomi terbaru dari China.

Produksi industri China pada November 2025 tercatat melambat menjadi 4,8 persen year on year (yoy), turun dari 4,9 persen pada Oktober dan di bawah ekspektasi pasar sebesar 5,4 persen.

Pertumbuhan penjualan ritel China juga melemah signifikan menjadi 1,3 persen yoy, dibandingkan 2,9 persen bulan sebelumnya dan lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 3,3 persen.

Ini merupakan pertumbuhan penjualan ritel paling lambat sejak Desember 2022, meskipun program stimulus pemerintah masih terus bergulir.

Sementara itu dari Jepang, indeks Tankan kuartal IV-2025 menunjukkan peningkatan optimisme bisnis di kalangan produsen besar, mencapai level tertinggi dalam empat tahun terakhir.

Statistik Perdagangan dan Daftar Saham Top

Pada perdagangan Senin, saham-saham yang mencatatkan penguatan terbesar antara lain PPRE, ERTX, DGIK, CSIS, dan KOKA.

Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar adalah BUVA, HDIT, ENRG, KIJA, dan TRIN.

Frekuensi perdagangan tercatat sebanyak 3.595.182 kali transaksi.

Volume perdagangan mencapai 58,48 miliar lembar saham, dengan nilai transaksi sebesar Rp33,49 triliun.

Sebanyak 340 saham menguat, 329 saham melemah, dan 132 saham tidak mengalami perubahan harga.

Penulis :
Arian Mesa