billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Kemenkeu: Krisis 1998 Berbeda Dampaknya dengan COVID-19

Oleh Tatang Adhiwidharta
SHARE   :

Kemenkeu: Krisis 1998 Berbeda Dampaknya dengan COVID-19

Pantau.com - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terus memberikan informasi apabila krisis yang terjadi pada tahun 2020 berbeda dari sebelumnya. Mengingat, krisis yang terjadi pada tahun ini akibat dari pandemi COVID-19.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, mengatakan krisis akibat pandemi ini memang berbeda dari sebelumnya. Karena pemerintah tidak bisa berhitung kapan krisis tersebut akan berakhirnya.

"COVID-19 ini dampaknya sangat beda. Karakteristik krisisnya beda. Kalau yang global dan Asian financial crisis kita bisa hitung dan perkirakan kapan berakhirnya," ujarnya dalam diskusi virtual di Jakarta.

Baca juga: Indonesia Hattrick Deflasi, Pertama Kali Sejak 1999! Pertanda Apa Nih?

Febrio menambahkan, krisis akibat pandemi berbeda, karena dampaknya terasa lebih dalam dari krisis keuangan. Bahkan, krisis akibat pandemi hampir merata terjadi di semua negara.

Sementara ketika krisis keuangan tahun 1998 dan 2008, tidak semua negara terkena dampaknya. Bahkan negara-negara berkembang justru relatif lebih kecil dampaknya. "Global financial crisis semua dunia negatifnya kecil tapi waktu itu negara majunya dalam. Negara berkembang termasuk Indonesia responsnya resilient. Tapi itu jadi pelajaran berharga," paparnya.

Karena itu, pemerintah terus mencoba dengan berbagai cara agar ekonomi tidak jatuh terlalu dalam. Misalnya dengan memberikan beberapa insentif dan bantuan sosial kepada masyarakat untuk mendongkrak konsumsi yang merupakan salah satu pendorong ekonomi nasional.

Baca juga: Indonesia Hattrick Deflasi, Kemenkeu: Sinyal Ekonomi Belum Pulih

Dampaknya pun sudah mulai terlihat sedikit demi sedikit dengan sudah kembalinya aktivitas perekonomian masyarakat setelah sebelumnya sempat tertekan akibat pembatasan mobilitas untuk menekan jumlah penyebaran kasus COVID-19. Meskipun, belum 100 persen aktivitas bisa berjalan dengan normal.

Pemerintah memprediksi pertumbuhan kuartal III tahun ini akan lebih baik dibandingkan kuartal II meskipun masih berada di zona negatif. Secara tahunan, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI di 2020 adalah sebesar -1,7 sampai -0,6 persen.

"Prediksi kita untuk akhir tahun -1,7 persen sampai -0,6 persen. Lalu 2021 karena kita berangkat dari low base di 2020, satu, jadi pasti ada dampaknya, pertumbuhan kita lebih mudah. Tapi tetap harus reformasi dari 2020 ke 2021, termasuk gimana pastikan investasi harus positif di 2021," pungkasnya.

Penulis :
Tatang Adhiwidharta