
Pantau - Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mohammad Boroujerdi, menegaskan bahwa tidak ada gencatan senjata antara Iran dan Israel, melainkan penghentian sementara aksi bela diri karena agresi terhadap Iran telah berhenti.
Iran Tegaskan Tak Pernah Sepakat Gencatan Senjata
"Tidak ada gencatan senjata. Yang terjadi adalah karena aksi agresi terhadap Iran berhenti, maka aksi membela diri dari pihak Iran juga berhenti. Tidak ada yang namanya gencatan senjata," ungkapnya dalam pernyataan resmi.
Dalam beberapa pekan terakhir, Iran disebut telah mengalami serangan rudal yang menghantam rumah, sekolah, dan laboratorium, bukan fasilitas militer.
Mohammad Boroujerdi menyatakan bahwa tindakan tersebut bertentangan dengan klaim pihak Israel yang menyebut tidak menyasar warga sipil.
"Rezim Zionis mengaku bahwa masyarakat sipil bukanlah sasaran mereka. Namun, bukti dan kenyataan di lapangan berbeda. Kaum perempuan dan anak-anak menjadi korban tewas dan ini sangat jauh berbeda dengan apa yang diklaim oleh Zionis," ia mengungkapkan.
Kecaman Terhadap Serangan dan Sikap Internasional
Boroujerdi menilai serangan Israel merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional dan kedaulatan nasional Iran.
Ia menyebut tindakan itu sebagai agresi brutal yang akan tercatat sebagai noda hitam dalam sejarah dunia.
Dubes Iran juga mengecam keterlibatan langsung Amerika Serikat, yang menurutnya telah menyerang fasilitas nuklir damai milik Iran.
"Serangan ini tidak hanya merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap resolusi internasional, namun juga bukti nyata keterlibatan aktif Washington dalam proyek pertumpahan darah dan penghancuran yang dijalankan oleh Tel Aviv," ujarnya.
Menurutnya, Iran akan tetap teguh dalam menghadapi segala bentuk agresi dan konspirasi.
"Kami menganggap hak sah kami berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB sebagai perlindungan yang tak tergoyahkan, dan kami tidak akan pernah diam dalam membela darah orang-orang yang tak bersalah," tegasnya.
Ia juga mengkritik sikap lembaga-lembaga internasional dan negara-negara pendukung hak asasi manusia yang dinilainya abai terhadap kejahatan tersebut.
"Sikap diam dan ketidakpedulian lembaga-lembaga internasional dan negara-negara yang mengklaim membela HAM terhadap kejahatan mengerikan ini, tidak hanya memperkuat para penjahat, tetapi juga mendorong dunia ke arah kegelapan dan ketidakstabilan yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Boroujerdi.
- Penulis :
- Leon Weldrick