
Pantau - Pemerintah Bangladesh telah mengumumkan bahwa jam malam akan tetap berlaku pada Jumat (26/7/2024) dan Sabtu (27/7/2024), dengan jeda waktu sembilan jam, sebagai bagian dari tindakan keras terhadap mereka yang bertanggung jawab atas kekerasan selama protes mahasiswa.
Pengumuman ini disampaikan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Bangladesh, Asaduzzaman Khan, dalam sebuah konferensi pers pada Jumat pagi, setelah bertemu dengan para wakil dari sejumlah lembaga penegak hukum.
Pemberlakuan jam malam yang sudah berlangsung sejak Sabtu lalu, bakal terus berlanjut di Dhaka dan tiga kota lainnya.
Baca juga: Bangladesh Minta Diplomat Asing Jangan Bikin Pernyataan Publik soal Protes Mahasiswa
Ia menyatakan jam malam akan dicabut dari pukul 08.00 hingga 17.00 waktu setempat di Dhaka dan tiga kota lainnya. Namun, keputusan untuk mencabut jam malam di kota-kota lain akan ditentukan oleh pemerintah setempat.
Para mahasiswa yang melakukan aksi protes telah mengumumkan akan melanjutkan demonstrasi hingga sembilan tuntutan dipenuhi. Adapun sembilan tuntutan ini meliputi pelarangan Liga Chhatra, penuntutan terhadap mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan para pengunjuk rasa, dan permintaan maaf dari Perdana Menteri Sheikh Hasina.
Setidaknya 204 korban tewas sejak 16 Juli, menurut surat kabar lokal Prothom Alo. Sementara itu, pemerintah belum merilis laporan adanya korban jiwa. Polisi Bangladesh telah menangkap lebih dari 5.500 orang di seluruh negeri, termasuk 1.100 orang pada Kamis.
Baca juga: PBB Desak Bangladesh Beberkan Rincian Kekerasan Buntut Demonstrasi
Sebagian besar dari mereka yang ditangkap adalah anggota oposisi Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) dan Bangladesh Jamaat-e-Islami. Pemerintah Bangladesh memutus aliran listrik dan internet pada Jumat saat demonstrasi mahasiswa berubah menjadi kerusuhan.
Beberapa orang kini bisa mengakses internet di rumah, tapi tidak di ponsel mereka. Pada awal Juli, para mahasiswa menyerukan reformasi sistem kuota untuk pegawai negeri di Bangladesh.
Protes itu berubah menjadi aksi protes setelah Perdana Menteri (PM) Bangladesh, Sheikh Hasina menyebut para demonstran sebagai "razakar".
"Razakar" merupakan sebutan bagi para pengkhianat yang berjuang untuk pasukan Pakistan selama perang kemerdekaan Bangladesh pada 1971.
Sumber: Anadolu-OANA
- Penulis :
- Khalied Malvino