
Pantau - Hamas menegaskan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menghambat terwujudnya gencatan senjata di Gaza dan pertukaran sandera. Hal ini disebabkan adanya desakan mempertahankan kontrol atas Koridor Philadelpia, jalur yang membentang di sepanjang perbatasan Jalur Gaza dengan Mesir.
Melansir Anadolu, Kamis (5/9/2024), kelompok pejuang Palestina ini menekankan proposal-proposal baru tak diperlukan untuk mencapai kesepakatan dan mendesak masyarakat internasional agar menuntut Netanyahu dan pemerintahannya menghormati komitmen yang sudah dibuat pada proses negosiasi sebelumnya.
Netanyahu, dalam konferensi pers di awal pekan ini, menegaskan kembali sikapnya bahwa pasukan Israel tak akan mundur dari Koridor Philadelpia, dengan mengutip sejumlah insiden sebelumnya, di mana ada dugaan senjata diselundupkan ke Hamas melalui jalur ini.
Eksistensi Israel di Jalur Gaza yang terus berlanjut merupakan rintangan utama dalam menuntaskan kesepakatan dengan Hamas.
Hamas dan Mesir sama-sama menentang keras. Hal ini telah mengganggu upaya mengakhiri konflik di Gaza dan memfasilitasi pertukaran sandera.
Menyikapi pernyataan Netanyahu, Hamas mengkritik keras, dan menuduh Netanyahu berupaya sabotase setiap proses gencatan senjata dan pertukaran sandera.
Hamas juga menepis adanya proposal baru, dan membantah laporan media yang menyebutkan bahwa Amerika Serikat sedang mempersiapkan usulan baru untuk pertukaran sandera dan gencatan senjata.
Hamas menegaskan bahwa prioritas utama mereka adalah untuk menekan Netanyahu dan pemerintahannya agar mematuhi kesepakatan yang telah dicapai dalam negosiasi sebelumnya.
Kelompok ini mengecam siasat Netanyahu, yang menurut mereka digunakan untuk memperpanjang agresi yang sedang berlangsung terhadap rakyat Palestina.
Selama beberapa bulan, Mesir, Qatar dan Amerika Serikat (AS) telah memfasilitasi negosiasi secara informal antara Israel dan Hamas.
Namun sejauh ini belum membuahkan hasil, sebagian besar disebabkan penolakan Israel untuk memenuhi tuntutan Hamas agar mengakhiri perang, penarikan pasukan Israel dari Gaza, hingga kembalinya para pengungsi Palestina ke wilayah utara Gaza.
Lebih dari 40.800 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas sejak dimulainya perang Israel-Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, sementara hampir 94.400 korban terluka, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Blokade yang sedang berlangsung di Gaza telah memicu krisis pangan, air bersih, serta obat-obatan dan mengakibatkan sebagian besar wilayah itu hancur.
Israel juga menghadapi tuduhan genosida atas tindakannya di Gaza oleh Mahkamah Internasional (ICJ).
Sumber: Anadolu
- Penulis :
- Khalied Malvino