
Pantau - Utusan khusus Amerika Serikat (AS) untuk Timur Tengah, Amos Hochstein tiba di Beirut pada Selasa (19/11/2024) guna membahas proposal gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah, menyusul eskalasi ketegangan antara kedua pihak.
Kedua pihak terus saling melancarkan serangan, meski ada respons positif dari Hizbullah dan pemerintah Lebanon terhadap proposal gencatan senjata yang diajukan AS, meskipun dengan beberapa catatan pada isinya.
"Ini adalah upaya terakhir Pemerintah AS untuk meredakan konflik yang semakin memanas antara Hezbollah dan militer Israel," ujar jurnalis Al Jazeera, Zeina Khodr, yang melaporkan dari Beirut.
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan pada Senin (18/11/2024) pihaknya akan terus melakukan operasi terhadap Hizbullah meskipun gencatan senjata tercapai.
Baca juga: Israel Tegaskan Tetap Serang Hizbullah Meski Ada Gencatan Senjata
"Ini tidak dapat diterima oleh Lebanon karena dianggap sebagai pelanggaran kedaulatan negara," tambah Khodr.
Lebanon, bersama dengan Hizbullah, dilaporkan sepakat dengan proposal AS yang diserahkan pekan lalu, walaupun belum memerinci respons mereka terhadap draf tersebut.
Seorang ajudan dari Ketua DPR Lebanon Nabih Berri menyatakan, komentar itu disampaikan sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang diadopsi setelah perang Israel-Hezbollah pada 2006.
“Pesan Lebanon adalah kami berkomitmen pada 1701, tidak lebih,” ujar Khodr.
Resolusi ini mewajibkan Hizbulah mundur ke utara Sungai Litani, sekitar 30 km dari garis demarkasi antara Lebanon dan Israel, serta penarikan pasukan Israel dari tanah Lebanon.
Baca juga: Dubes AS Kunjungi Beirut, Bahas Gencatan Senjata Israel-Hizbullah
Namun, ketegangan terus meningkat seiring serangan militer Israel terbaru di Beirut yang menewaskan sedikitnya lima orang, sementara Hizbullah membalas dengan meluncurkan roket ke Tel Aviv yang melukai tujuh orang.
"Serangan-serangan ini, serta serangan darat Israel di Lebanon selatan dan tembakan roket berkelanjutan dari Hezbollah, menambah keraguan akan kemungkinan gencatan senjata yang nyata," tutur Ali Hashem, reporter Al Jazeera dari Beirut.
Sejak dimulainya perang di Gaza pada Oktober 2023, lebih dari 3.500 orang tewas dan hampir 15.000 lainnya terluka akibat serangan Israel di Lebanon.
Sementara itu, perang di Gaza telah menewaskan lebih dari 43.000 orang Palestina dan mengakibatkan lebih dari 100.000 orang luka-luka.
- Penulis :
- Khalied Malvino